Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Publik Mengkritik Paus Ultra-Konservatif, Tantangan Membangun Jembatan Antara Iman dan Akal Budi

2 Januari 2023   01:34 Diperbarui: 2 Januari 2023   01:37 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Publik mengkritik Paus ultra-konservatif, tantangan membangun jembatan antara iman dan akal budi | dokumen pribadi oleh Ino

Era ketika pemimpin gereja katolik anti-kritik mungkin sudah berakhir, era baru dengan pilihan hidup menjadi lebih terbuka kepada dunia dan manusia sekaligus menjadi tegangan baru untuk menyatakan iman pada satu sisi tanpa menyangkal akal budi pada sisi lainnya.

Dunia mengenal Joseph Ratzinger sebagai seorang teolog, pemikir yang cemerlang. Keputusan untuk mengundurkan diri dari jabatan Paus pada 28 Februari 2013 menjadikannya dikenal dengan sebutan paus modern pertama yang mengundurkan diri.

Alasan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri tidak lain karena faktor usia dan kelelahan fisiknya. Tentu saja kelelahan itu karena tanggung jawabnya yang besar dan berat untuk gereja sedunia. 

Paus Benediktus dalam suasana yang santai bisa menjawab dengan dialek Bayern: "Na, lieber ned!" atau nah yang terkasih. Joseph Ratzinger akhirnya menghembuskan nafas terakhir dalam usia 95 tahun.

Seorang Joseph Ratzinger yang kelelahan di akhir hidupnya akan dikenang. Saat itu dia mengunjungi saudaranya yang sakit parah Georg di Regensburg, yang tak lama kemudian meninggal dunia. 

Tetapi pengunduran dirinya sebagai Paus Benediktus XVI, menjadikannya pencetus sejarah baru tentang pengunduran diri paus.

Masih segar dalam ingatan gereja bahwa setelah pemilihannya sebagai paus pada April 2005, Benediktus XVI., menggambarkan dirinya sebagai "seorang pekerja sederhana dan rendah hati di kebun anggur Tuhan." 

Namun setelahnya muncul pula celaan dari publik yang kritis sampai menyebutnya dengan nama "Panzer Kardinal." 

Dari latar belakang kritikan itulah, Paus Benediktus menjadi begitu hati-hati dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Paus kelahiran 1927 itu akhirnya punya kesulitan besar untuk melewatinya. Ia kemudian mengundurkan diri.

Terobosan teologis Ratzinger: Iman dan Akal Budi

Sekalipun Paus Benediktus punya kesulitan menghadapi kritik publik saat itu, ia tetap saja disebut sebagai kepala Gereja Katolik Roma pada masanya. Tentu saja dengan kenyataan munculnya polarisasi di kalangan kaum intelektual, secara khusus para teolog. 

Bahkan tantangan berat yang pernah dihadapinya yakni ketika para pengamat, pengagum dan kritikus sama-sama tidak sependapat tentang penting dan pengaruh kepausannya, tetapi mereka mengakui bahwa Ratzinger adalah salah satu teolog paling terkenal di zaman kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun