Jauh di timur tempat matahari terbit, kerajaan seribu pulau terbentang dari cakrawala ke cakrawala. Penduduk setempat mengatakan pulau-pulau itu itu adalah kalung zamrud tempat laut mengangkat dirinya sendiri dari kedalaman bumi (dibacakan oleh Yosefine; Teks dari Gabriel, Indonesia)
Römerberg, Frankfurt, 30 Desember 2022 punya cerita sendiri untuk Indonesia. Pada momen acara Sternsinger Keuskupan Limburg, Jerman atau acara anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu Natal itu, nama Indonesia disebut.
Indonesia menjadi perhatian anak-anak Keuskupan Limburg. Perhatian itu mereka nyatakan dalam berbagai cara: mulai dari menyanyikan lagu-lagu Natal, membaca beberapa kata bahasa Indonesia seperti "Mari belajar", menari bersama ketika lagu dan musik "Belajar" dalam bahasa Indonesia dimainkan.
Tidak terbayangkan bahwa lagu dalam bahasa Indonesia itu disambut begitu meriah oleh hampir 1000 anak dan orangtua yang hadir kemarin. Menyanyi sambil menggerakan tangan dengan simbol gerakan ajakan berbagi damai tampak sekali bahwa Indonesia berada dalam fokus sorotan anak-anak Jerman.
Acara Sternsinger itu bukan saja acara anak-anak yang sekadar senang-senang, karena pada momen istimewa itu dihadiri Uskup Limburg Georg Bätzing. Beliau adalah ketua wali gereja Jerman.
Acara itu tentu saja didukung sepenuhnya oleh Keuskupan Limburg. Oleh karena itu, dalam tempat terbuka di Rmerberg itu diadakan pula acara kulturelle Gottesdienst atau kebaktian budaya.
Ada beberapa momen yang menarik:
1. Anak-anak datang dengan menggunakan pakaian khusus menyerupai pakaian sang raja
Dunia anak-anak umumnya menyukai pakaian dengan asosiasi tertentu. Sama seperti anak-anak Flores pada tahun 90an menyukai baju Batman, demikian juga masuk akal jika anak-anak Jerman saat ini begitu menyukai pakaian seperti raja-raja Arab.
Rupanya cerita tentang tiga raja dari Timur yang datang mengunjungi bayi Yesus itu diwariskan dari generasi ke generasi sampai dengan saat ini.
Pesona kehadiran anak-anak dengan ragam pakaian itu tentu saja menarik, apalagi ada jenis pakaian yang desain sendiri. Ada empat orang anak dengan desain khusus menyerupai unta (Kamele).
Dari keunikan itulah sebenarnya tidak heran, jika Kamele disoroti secara khusus oleh banyak wartawan. Keunikan lain yang cukup umum dimiliki oleh anak-anak kemarin adalah mereka mengenakan jenis mahkota kuningan bagaikan sang raja.
Dari segi materialnya, sebenarnya itu sangat murah, namun dari segi simbol dan artinya tentu saja sangat penting. Ya, anak adalah mahkota keluarga.Â
Aksi itu rupanya sangat relevan dengan tema resesi seks saat ini. Jika anak dilihat sebagai mahkota keluarga, maka kerinduan untuk memperoleh mahkota itu tidak akan hilang.
Meskipun demikian, kita hanya bisa berharap bahwa pola pikir masyarakat Eropa bisa berubah dan benar-benar melihat bahwa kehadiran anak di tengah keluarga mereka bagaikan sebuah mahkota emas.
2. Orangtua, guru agama, para pastor menuntun anak-anak
Aksi Sternsinger itu didukung oleh banyak pihak. Keuskupan Limburg tentu saja menjadi penggerak utama yang menggerakan semua umat di Keuskupan Limburg untuk terlibat dalam aksi Sternsinger itu.
Kehadiran orangtua, guru agama, dan para pastor untuk mendukung aksi anak-anak itu disambut baik sekali orang begitu banyak orang.Â
Dukungan orangtua, guru, dan kaum muda lainnya terlihat jelas sekali dalam menyediakan jenis minuman untuk siapa saja yang hadir. Di sana ada kopi, teh dan kinderpunsch.
Pada prinsipnya minuman itu gratis, tetapi ditawarkan juga sumbangan untuk misi bantuan anak-anak di Indonesia dan di seluruh dunia.
Dari situlah dana untuk dukungan anak-anak Indonesia dikumpulkan, tentu saja ada juga jenis sumbangan lainnya dari peserta yang hadir.
3. Masyarakat katolik Indonesia diundang secara khusus untuk bermain angklung
Secara sangat mengagumkan masyarakat Katolik Indonesia di Frankfurt dan sekitarnya (MKIF) membawakan lagu dengan diiringi musik Angklung yang sangat merdu.
Semua mata tiba-tiba beralih pandang menatap pesona musik khas Indonesia. Tepuk tangan pun riuh sebagai tanda apresiasi anak-anak dan orangtua yang hadir kemarin.
Angklung MKIF telah menjadi satu jenis musik khas Indonesia yang terkenal di Jerman. Berkat kepiawaian Pak Poltak Silaban mendesain musik dengan iringan angklung itulah, grup angklung MKIF sering diundang di momen resmi baik dalam konteks acara keagamaan maupun dalam konteks pemerintahan Jerman.
4. Kotbah Uskup Limburg
Sesi yang sangat menarik adalah bagian khotbah dari Uskup Limburg, Georg Bätzing pada kesempatan itu. Dalam bahasa yang sangat sederhana bisa dimengerti oleh anak-anak, sang Uskup bercerita tentang pengalaman selama Natal beberapa waktu lalu.
Ia mengunjungi keluarganya dan bertemu dengan keponakannya. Pada kesempatan itu, ia bahkan menggendong keponakannya sampai terjadi bahwa keponakan begitu tenang di bahunya, dalam gendongannya.
Merasakan kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga itu merupakan bagian penting dalam kehidupan kita. Yesus bahkan mengajak para murid-Nya untuk memahami Kerajaan-Nya melalui perumpamaan seorang anak kecil.
Menjadi kecil seperti seorang anak itu memungkinkan seseorang dapat menerima rahmat kedamaian. Jadi, jangan lupa menempatkan anak-anak di tengah kehidupan keluarga. Natal itu akan menjadi momen sangat indah, ketika ada anak kecil di antara kita.
5. Semua anak-anak berdiri membentuk bintang yang besar dekat pohon Natal
Pada sesi terakhir dari acara Sternsinger itu, semua anak-anak yang hadir dimohon untuk berdiri sesuai dengan gambar bintang yang sudah disiapkan oleh panitia.
Mereka berdiri sambil dibantu oleh petugas. Sekali lagi momen terakhir tidak lebih dari sebuah penegasan bahwa semua anak-anak di mana saja mereka berada, mereka adalah bintang, mereka adalah mahkota.
Anak-anak adalah bintang harapan masa depan gereja dan bangsa di mana saja, tetapi juga anak-anak adalah mahkota dari kehidupan keluarga.
6. Seorang anak Jerman menangis pada orangtuanya minta melihat musik Angklung
Pada sesi paling akhir, MKIF diberikan kesempatan untuk menyanyikan sekali lagi lagu terakhir dengan judul "Laju Berkabar" dari Paul Widyawan.Â
Pada momen itulah sebagian besar anak-anak berlari mendekati panggung tempat MKIF bermain angklung. Dengan wajah penasaran, anak-anak melihat dan mendengar lagu itu.
Tidak hanya itu, orangtua mereka ingin sekali menyimpan kenangan anak-anak mereka dengan pemain musik angklung. Bahkan sempat terlihat orangtua meminta anaknya berdiri di depan tenda MKIF untuk difoto.
Pokoknya tampak sekali keseruan anak-anak ketika momen kebaktian budaya dalam aksi bantuan untuk anak-anak Indonesia kemarin.
Salam berbagi, ino, 31.12.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H