Solusi Pengakuan Sosial-Politik Ante-Pilpres 2024 perlu menjadi kajian kritis dalam konstelasi politik Tanah Air, agar popularitas itu tumbuh tanpa kekonyolan edukasi pada generasi masa depan bangsa ini | Ino Sigaze.
Â
Siapa presidennya? adalah pertanyaan yang mulai menggema jagat media sosial Indonesia sejak Nasdem secara resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon Presiden pada laga Pilpres 2024 nanti (Kompas, 4/10/2022).
Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh bahkan dengan tegas mengatakan bahwa ia memilih Anies sebagai yang terbaik dari yang baik-baik.
Semenjak deklarasi itu, gelombang polemik terkait keputusan Ketua Umum Partai Nasdem menjadi topik panas bagi sebagian besar konten kreator Indonesia.Â
Sorotan dari berbagai sudut pandang bermunculan dengan aneka ragam gaya; ada yang mencoba menyerang Nasdem, Anies dan mengkritis langkah Surya Paloh, bahkan terlihat jelas sekali ada fenomena pembongkaran rekam jejak Anies.
Sementara itu, Anies yang mendapat dukungan Nasdem tidak pernah tinggal diam lagi. Pedal gas langsung ditekannya tidak main-main, sampai pada kehebohan yang luar biasa, bahkan elektabilitas Anies melonjak tiba-tiba.
Anies melakukan kunjungan ke berbagai daerah, tidak hanya Jakarta. Kunjungan di luar Jakarta dilakukannya dengan penampilan yang selalu meriah.
Tidak terlupakan karena paling berkesan bagi saya adalah pertanyaan yang diajukan Anies sendiri, "Siapa Presidennya?" Massa pendukung Anies tidak tanggung-tanggung menjawab spontan, "Anies."Â
Teriakan Anies Presiden itu begitu menggema, sampai mengusik nalar dan bertanya, mengapa ada kenyataan seperti itu? Masa kampanye kan belum tiba? Presiden hasil pemilu sebelumnya kan masih ada, kok muncul presiden baru lagi?
Begitulah beberapa pertanyaan aneh yang muncul spontan. Suksesi kepemimpinan kapan saja dan di mana saja selalu punya etika dan konsekuensinya.Â