Mirisnya nama orang asing menjadi populer di Indonesia, sedangkan nama anak  Indonesia jarang atau hampir tidak pernah dipopulerkan oleh orang luar Indonesia. Usulan saya: Sebelum penulis kompasiana menjadi spesialis menulis tentang bola, ia mungkin perlu menulis kategori lainnya juga dengan pertanyaan: Inspirasi apa yang disumbangkan untuk masa depan Indonesia dalam dan melalui tulisan terkait bola? Dalam hal ini, saya berbangga dengan penulis bola di Kompasiana yang tidak melupakan sisi-sisi pesan dan maknanya.
Coretan literasi penulis Kompasiana akan menjadi warisan gagasan masa depan bangsa, karena itu jangan pernah lupa menitip kata-kata bijak untuk pembaca.
3. Masa depan penulis, bukan uang, tapi karya-karya dan sebuah nama
Kelana masa depan, tentu saja ada ditangan pengelola Kompasiana dan semua penulisnya. Pertanyaan yang sering muncul dalam pikiran saya adalah apa masa depan seorang penulis?
Penulis bisa menghasilkan uang, tapi uang itu akan habis pada waktunya. Namun, ketika karya-karya dari penulis itu bisa dibaca di masa depan, bagi saya itulah masa depan seorang penulis. Ia hidup lalu menulis dan berbagi, kemudian mati dan meninggalkan tulisan-tulisannya.
Tulisan itu bisa mati? Tentu saja tidak, kecuali google itu bisa mati, maka tulisan ini akan mati. Saya mau mengatakan bahwa mulailah dari sekarang ini, menulislah yang bisa berguna di masa depan nanti. Oleh karena itu, jangan meninggalkan gagasan-gagasan tanpa berpikir dua kali, seberapa pentingnya untuk pembaca dari tulisan ini pada saat ini dan nanti.
4. Apresiasi kepada Kompasiana, guru menulis yang memampukan saya berkelana
Sejak 27 Januari 2021 saya mencoba menulis di Kompasiana atas motivasi dari penulis Kompasiana, Gaganawati Stegmann dalam satu Seminar Rebuan KJRI Frankfurt secara online.
Meski sudah sering menulis liar di blog pribadi, saya merasakan bahwa ada momen-momen babak belur ketika berada di kelas debutan tahun lalu di Kompasiana.Â
Saya merasakan ada momen saya merangkak dan terus belajar dari cara teguran Kompasiana. Cara belajar dan terus belajar dari tulisan-tulisan berkualitas dari teman-teman senior Kompasiana, lama-lama saya merasakan bahwa saya sedikit menemukan pesan rahasia dari kelana saya di Kompasiana.
Coba bayangkan sebagai pemula ketika itu, saya tidak tahu membedakan mana artikel pilihan dan mana artikel yang disematkan Artikel Utama. Kebahagiaan saya cuma kalau artikel tulisan saya sudah bisa muncul di sana.