Rupanya di sana masih ada celah. Masih ada artikel-artikel yang lolos tersebar, tanpa seleksi yang ketat. Artikel itu membawa serta tentu saja nama Kompasiana dan kesalahannya.
Kesalahan konsep berpikir itu tidak boleh dianggap gampang lho. Mereka itu generasi muda yang sangat baik kalau masih punya kesempatan untuk dibenarkan dari segi tata etika dan wawasan berbangsa.
Era go digital ini mesti imbang dengan isi dan pesan dari tulisan yang dipublikasikan di satu sisi, dan jauh dari propaganda hal-hal yang memecah belah bangsa kita pada sisi lainnya.
Oleh karena itu, saya hanya menawarkan ide: Apakah tidak mungkin, Kompasiana memberikan seleksi kepada Kompasianer senior yang sudah makan garam sebagai penulis bekerja juga untuk hal itu?
Tentu mereka perlu diberi upah. Upah mereka tentu saja bagaikan upah seorang guru menulis. Dari merekalah generasi muda kita merintis jejak masa depan mereka secara baik dan benar.
2. Masa depan Indonesia, literasi dan warisan gagasan
Masa depan Kompasiana dan masa depan Kompasianer tentu sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia. Saya yakin media-media di Indonesia dengan platform seperti Kompasiana ini tidak punya penulis sebanyak yang dimiliki Kompasiana.
Wajar kalau ada yang merasa bahwa Kompasiana itu adalah "rumah besar" atau "satu keluarga besar penulis Indonesia." Nama dan gelar seperti itu memang terdengar enak ditelinga, bahkan ramah dan tenang dalam tata ucapan kita.
Rasa ramah dan nyaman dalam kelana masa depan itu perlu menjadi lebih nyata. Pertanyaannya, dengan cara apa? Berikut ini ada beberapa catatan:
Ya, saya hanya berpikir bahwa Kompasiana akan menjadi garda terdepan membela keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pena tulisan yang menciptakan inspirasi dan keramahan (Gastfreundschaft) antara kita dan antara semua rakyat yang berbeda-beda.
Opsi dan keberpihakan Kompasiana terlihat nyata dari semua kategori yang ada. Semua kategori itu penting adanya, namun ada satu yang hemat saya ironi, mungkin saya salah, yaitu kategori bola. Mengapa? Orang Indonesia belum pernah masuk sampai ke laga pemain dunia. Mungkin di dunia ini hanya penulis Indonesia yang begitu tiada hentinya menulis tentang bola dan menyebut nama orang-orang yang bukan orang Indonesia setiap hari.Â
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!