Tiba-tiba seorang anak dengan mata yang begitu bening itu tersenyum. Ia begitu lucu dan polos tampak dari balik jeruji itu. Dalam hati saya, hanya bisa ada harapan, "semoga mereka akan menjadi generasi yang bisa berdamai dengan semua."
2. Bertemu seorang penderita kanker otak di Roma
Di Roma, Italia pada 17 Mei 2022 lalu saya bertemu seorang Indonesia yang terkena kanker otak, pernah di operasi dan kemoterapi sampai berdampak pada suaranya menghilang.Â
Saat ia berbicara, tampak ia harus menarik nafas dalam-dalam. Ya, pada lehernya sudah dibor dan terlihat lubang yang menakutkan.Â
Saya terdiam saat dia kurang lebih 2 menit berbicara. Lalu, saya mengatakan, "maafkan saya, sebaiknya kamu jangan banyak bicara, karena terasa nafas sesak. Saya mengerti keadaanmu sekarang, tanpa perlu menjelaskannya.Â
Saat itulah kami berdua hanya terdiam dan saya hanya bisa "memberikannya cinta dengan tatapan." Saya mengerti bahwa dia merasakan pemberian saya, saat dia mengatakan, "terima kasih saudara sudah menguatkan saya."
Saat itu saya tidak sanggup lagi mau mengatakan apa. Keadaan itu membuat saya bisu dan hanya bisa menatap dengan harapan, "dia mengerti bahwa saya mendukungnya dengan sepotong doa, semoga sembuh nantinya."
3. Bertemu sang ibu yang divonis akan meninggal dua hari lagi di rumah sakit Ende, Flores, NTT
Berita tentang vonis dokter itu saya terima tanggal 13 Juli 2022. Hari itu juga saya terbang dari Jerman ke Indonesia. Selama perjalanan saya hanya bisa menatap wajah ibu pada gambar yang saya simpan. Sekitar 15 jam perjalanan dari Jerman, saya tiba di Jakarta.Â
Waktu itu 14 Juli 2022, saya menunggu di bandara Soekarno-Hatta untuk penerbangan ke Kupang selama 8 jam dengan keyakinan yang sama, semoga saya masih diberikan kesempatan untuk melihat wajah ibu terkasih.
Tepatnya jam 8.00 pagi hari saya berdiri di depan sang ibu dan menatapnya. Energi cinta sang anak diberikan untuk sang ibu yang lesu dan lemah di tempat tidur itu.Â