Sekali lagi kalau seperti itu, sebenarnya pemilu kita akan menjadi cacat. Hal ini karena orang memilih dalam situasi terdesak. Baiklah nomor urut peserta partai yang lama, biarlah itu menjadi bukti sejarah tentang pemilu masa lalu kita.
Mungkin lebih demokratis, jika untuk pemilu 2024 partai-partai peserta pemilu 2024 perlu memilih lagi undian nomor urut. Undian nomor urut ini akan menjadi bukti bahwa rezeki menjadi yang terdepan itu bukan sebuah warisan pemilu yang lalu, tetapi suatu keberuntungan saat ini.
Catatan kritis tentang usulan Bu Megawati
Pertimbangan hemat memang penting, tetapi akan lebih penting pertimbangan kualitas demokrasi kita. Mengapa? Ada satu kerugian besar jika mengikuti satu usulan menggunakan alat peraga yang lama.
Kerugiannya adalah sistem dan kebijakan saat ini seperti menciptakan konsep abstraksi bagi pemilih yang pada akhirnya tidak bisa melihat kemungkinan lain, selain yang di depan mata.Â
Saya jadi ingat saat belajar filsafatnya  Alfred North Whitehead pada tahun 2004, satu gagasan yang saya suka adalah tentang "abstraksi".
Ketika seseorang membuat abstraksi, maka ia sedang menyembunyikan hal-hal lainnya, kebebasan lainnya, kemungkinan lainnya yang barangkali juga penting. Pembuat abstraksi memang punya alasan praktis seperti kekurangan waktu untuk membaca semua teks, jadi buatlah ringkasannya.
Nah, akan tetapi, abstraksi itu tetap saja tidak bisa mewakili keseluruhan. Yang saya maksudkan dalam konteks tema kita adalah pemilu yang demokratis tidak boleh menggunakan konsep abstraksi, apalagi dengan sengaja menciptakan tekanan psikis agar pemilih hanya punya pilihan pada satu halaman kecil yang terdepan.
Â
Salam berbagi, ino, 24.11.2022.