Alasan kekhawatiran itu bukan karena bumi ini terlalu kecil untuk jumlah manusia 8 miliar itu, tetapi menurut saya karena konsep manusia tentang kehidupan itu yang tidak pasti.Â
Setiap negara penghuni bumi ini merasa seakan-akan sudah merebut bagian bumi menjadi milik pribadinya.
Problem kepadatan penduduk akhirnya dilihat sebagai problem perluasan wilayah negara. Di sanalah akar dari okupasi sejak dulu jaman kerajaan Romawi hingga sekarang, paling aktual adalah cerita Rusia dan Ukraina.
Persoalan hak milik bumi, kekuasaan dan kepadatan penduduk suatu negara tidak bisa menemukan solusi global yang mantap tanpa dilandasi dengan dasar konsep dan spiritualitas persaudaraan yang universal.
Ya, manusia mungkin telah kehilangan rasa, solidaritas dan persaudaraan universal. Solusi kepadatan penduduk suatu negara, hanya bisa menemukan titik terang dengan menggunakan alat kekuasaan, tanpa dialog persaudaraan.
Jika sampai pada kenyataan seperti itu, tentu sangat jelas, bahwa jumlah populasi 8 miliar sungguh merupakan persoalan dramatis dunia saat ini. Persoalan pertumbuhan populasi itu sangat mungkin menjadi persoalan perebutan wilayah negara.
4. Apakah tidak mungkin adanya program pemerintah terkait pembatasan angka kelahiran?
Program pembatasan angka kelahiran mungkin bisa diberlakukan hanya untuk konteks Indonesia atau negara-negara lainnya, namun kalau dikritisi, mungkin ada titik lemahnya.
Eropa tentu saja akan menolak keras gagasan program pembatasan angka kelahiran. Tentu saja bukan karena bahwa program itu tidak baik, tetapi bentuk pemaksaan itu sudah pasti dianggap tidak baik dan tidak benar dalam konteks kebebasan pribadi mereka untuk menentukan hidup mereka sendiri. Kebebasan (Freiheit) itu kata kunci mereka yang tidak boleh dipaksakan.
Eropa sudah berbeda pola hidup dan kesadaran mereka, kalau tidak mau dibilang aneh. Kebanyakan pasangan muda lebih memilih kerja dan kerja, daripada berpikir punya anak. Berbeda dengan orang Indonesia, belum menikah saja sudah punya anak. Ya, itu kenyataan.
Lagi-lagi itu dilema yang bisa sangat berbeda-beda sesuai dengan latar belakang cara pikir masing-masing orang dari masing-masing negara.
Solusi di tengah kegalauan populasi 8 miliar