Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Situs Kampung Tua Nua Mbari dengan Gagasan Pentagram, Misteri Perempuan Embe Zero dan Gugusan Air Terjun Tiwu Awu

11 November 2022   21:02 Diperbarui: 11 November 2022   21:04 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah Kakao di desa Kerirea | Dokpri. oleh Ino

Desa Kerirea berada di wilayah administrasi Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Flores, NTT. Kerirea merupakan desa yang berada di wilayah pegunungan dari bentangan wilayah Barat dari Kabupaten Ende. Wilayah Barat ini penduduknya memiliki bahasa yang sama dengan dua dialek yang berbeda, sebut saja Ja dan Nga. Keduanya punya kandungan arti yang sama, yaitu saya.

Sejak tahun 2008 potensi alam dan adat desa Kerirea telah dilihat banyak orang, meskipun waktu itu cuma terbatas pada komentar lepas: "Wow alamnya indah, dari ketinggian kita bisa melihat laut dan pulau Ende, gunung Ia, Meja dan Wongge. Bahkan pada satu posisi tertinggi dari desa Kerirea orang bisa melihat tanjung di Barat di pesisir Kecamatan Nangaroro, hingga bisa menikmati keindahan puncak Abu Lobo di daerah Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo."

Komentar-komentar itu berkembang dalam perjalanan waktu hingga pada aksi-aksi kecil seperti promosi melalui tulisan-tulisan kecil melalui media sosial seperti di Facebook pada umumnya. Ketika saya menulis di Kompasiana, saya merasakan panggilan yang kuat untuk memperkenalkan gagasan tentang potensi desa Kerirea sebagai desa Wisata Alam dan Wisata Adat. 

Lebih-lebih ketika saya mengunjungi Instagram Adira Finance dan membaca artikel dari Vika Kurniawati tentang "Ada Apa dengan Tari Edan-Edanan dan Nasi Uduk FKL 2022 Pasar Legi Kotagede?"

Pertanyaan di sini tentu saja, apa saja potensi yang ada di desa Kerirea sehingga bisa punya gagasan desa wisata alam dan adat?

1. Potensi alam dan potensi wisata masa depan Kerirea

Potensi alam yang bisa diandalkan di wilayah desa Kerirea sangat beragam:

Air Terjun Tiwu awu

Potensi Air Terjun Tiwu Awu punya peluang sebagai destinasi wisata karena Tiwu Awu sendiri punya sejarah yang hidup hingga saat ini. Tiwu Awu punya kandungan sejarah yang terhubung dengan kampung Mbari. 

Tiwu Awu sendiri punya cerita unik yang dikenal sebagai tempat tinggalnya keluarga Belut. Di sana masih ditemukan lubang persembunyian belut, ada kursi-kursi batu alam sebagai tempat duduk untuk memancing. Sayang sekali batu lesung tidak ditemukan lagi. Pada tahun 1985 batu lesung itu masih ada di sana.

Batu berbentuk manusia tidur di Tiwu Awu | Dokumen pribadi oleh Ino
Batu berbentuk manusia tidur di Tiwu Awu | Dokumen pribadi oleh Ino

Pada dinding air terjun itu secara khusus pada musim panas akan terlihat batu-batu alam dengan bentuk khas menyerupai wajah manusia. Masyarakat di sekitar percaya bahwa itulah wajah kenangan terkait peristiwa kehancuran kampung Mbari dulunya. 

Air Terjun itu memiliki ketinggian tebing kurang lebih 100 meter, dikelilingi batu-batu cadas dan pohon-pohon tinggi yang tumbuh dari celah-celah cadas dengan kemiringan mencapai 70-80 derajat itu.

Oleh keadaan seperti itu, terasa sekali alam yang indah tetapi juga seram. Namun, oleh karena kemajuan teknologi saat ini, di tempat itu menjadi tempat yang paling banyak sinyal internetnya. Dari Tiwu Awu itu orang bisa saja telponan Video call (Vc).

2. Kampung Mbari dan percikan gagasan Pentagram

Kampung Mbari adalah kampung tua yang sisa-sisanya batu pondasi masih bisa dilihat. Beberapa kali saya memasuki kampung tua itu dengan posisi setengah kampung sudah tercabik dan dibawahnya persis Tiwu Awu. 

Uniknya bahwa kampung itu punya struktur bangunan yang dikenal dalam bahasa setempat Nua Wisu Zima, Tenda Zima rua, artinya kampung dengan lima sudut dengan tujuh tingkat.

Batu peninggalan di kampung Mbari | Dokpri. oleh Ino
Batu peninggalan di kampung Mbari | Dokpri. oleh Ino

Sudut dan tingkatannya masih bisa dilihat, bahkan batu-batu tungku masih ditemukan di sana. Pada tahun 2015 saya pernah menganalisis konstruksi kampung Mbari dengan menggunakan analisis makna angka sesuai petunjuk buku Quadrivium.

Inilah utang untuk sebuah penelitian ilmiah para ilmuwan: kapan Nua Tenda Zima rua itu ada? Dan Kapan terjadinya Mbuja mbura dan Mbari Mbapi? Tidak kalah pentingnya adalah bahwa kampung lama itu memiliki tujuh tingkat dengan lima sudut. Sebuah bentuk yang sangat matematis sebuah Pentagram (Pentagon). 

Menarik bahwa dari buku Quadrivium disebutkan bahwa 5 sudut itu adalah bentuk potongan emas dan beberapa akar penting lainnya. (Der goldene Schnitt und andere wichtige Wurzeln). 

Lebih mengejutkan lagi bahwa dari rumus Pentagram menunjukkan bahwa koneksi nilai (phi) yang terhubung ke setiap sudut itu memberi indikasi bahan Organik dan Kristal, dan oleh karena fleksibilitas koneksi itu ditemukan struktur ikosahedrischen dari air dan cairan lainnya. Karena itu saya semakin yakin bahwa ada misteri luar biasa dalam kampung tua itu. Barangkali ada kandungan emas, kristal dan mata air.

Sementara menurut perhitungan ilmu angka suci, angka tujuh (Tenda Zima rua) berarti seorang perempuan muda. Dia berdiri sendiri untuk dirinya. Mungkinkah ini simbol dari kehadiran Embe Zero. Embe Zero adalah seorang perempuan yang membela kebenaran karena aksi pembunuhan warga kampung Mbari terhadap Sawi Jawa (suami Embe Zero yang menjelma menjadi seekor belut).

3. Tempat mandi di beberapa kolam yang berdekatan

Potensi alam lainnya yang menarik untuk dijadikan destinasi wisata adalah gugusan kolam pemandian atau Tiwu dalam bahasa setempat. Ada 7 Tiwu sepanjang 1 km: Tiwu Se, Zeze Anga, Jara, Kamu Aja, Rera Ura, Pere dan Tiwu Awu. Pengurutan ini berdasarkan posisi jalan masuk.

Tiwu Zera Ura | Dokpri. oleh Ino
Tiwu Zera Ura | Dokpri. oleh Ino

Dapat dibayangkan betapa menariknya untuk suatu wisata alam dengan potensi alam seperti itu. Tidak hanya itu, batu-batuan yang indah ada juga di sana. Ada bagian yang bisa dijadikan tempat mandi guling pada rembesan air pada sisi-sisi batu cadas. Unik lho, batu itu tidak licin meski setiap hari dialiri air. 

Nah, dalam bahasa literasi di kolom Instagram Adira Finance bisa juga dikatakan inilah kesempatan untuk memanjakan mata dengan indahnya pemandangan alam di sana atau bisa juga mengatakan betapa damainya saat menikmati kesejukan air di sana.

4. Sumber mata air dan pohon kenari, kesejukan jiwa dari alam yang berbeda

Dari titik start Tiwu Se, potensi bagi wisata sudah dilengkapi dengan potensi alam lainnya yakni pohon kenari. Di antara gugusan kolam itu tumbuh beberapa pohon kenari yang selalu berbuat lebat dan buahnya bisa dinikmati secara bebas oleh siapa saja. Di sana ada batu-batu tempat orang memecahkan biji kenari. Itulah batu titi kenari.

Tidak jauh dari kampung Worowitu, Desa Kerirea ada sebuah mata air yang disebut dengan mata air Puu. Pada mata air itu tumbuh pula pohon kenari. Keunikan dari mata air Ae Puu itu adalah di sana ada batu hidup yang tumbuh dari hasil pelapukan daun-daun. 

Mata air Ae Puu |Dokpri. oleh Ino
Mata air Ae Puu |Dokpri. oleh Ino

Batu-batu itu tampak seperti terumbu karang dengan tingkatan yang sangat menarik. Airnya jatuh sunyi bersama dengan siulan burung kenari. Panjang aliran mata air dengan struktur tingkatan itu mencapai 300 meter.

Saya pernah membayangkan betapa tempat itu bisa dijaga dan di dandan menjadi tempat mandi sekedar duduk hening dan bermeditasi. Pada kolam-kolam kecil itu dibiarkan ikan-ikan untuk terapi kaki pengunjung hidup di sana. Pengunjung boleh mandi dan bisa membiarkan kaki mereka yang lelah berjalan dipijak ikan-ikan kecil.

5. Potensi adat yang tua dan aktual

Desa Kerirea dalam beberapa tahun terakhir ini sempat ada perencanaan dari Bapak Camat Nangapanda bahwa Kerirea punya potensi menjadi desa Wisata Adat. Alasannya adalah bahwa di sana masih ditemukan warisan adat yang tua. 

Beberapa warisan adat yang hidup sampai sekarang seperti: Nyanyian Jenda waktu panen padi di kebun. Nyanyian punya pesan persaudaraan dan kebersamaan warga suku melalui syair dan diksi pilihan yang terangkai secara indah.

Gerak simbolis yang sama dari semua orang terlihat dari langkah dan mimik wajah mereka. Mereka sedang menerima pemberian dari Pencipta karena itu mari kita puji dan sampai syukur kepada Tuhan.

Kalau penulis Vika Kurniawati mengatakan bahwa pemilihan bahasa simbol juga dimaksudkan agar menghindari potensi konflik yang dituturkan secara lisan, maka dalam konteks nyanyian Jenda, masyarakat suku menggunakan kata dan gerak untuk mengungkapkan gambaran totalitas hati mereka. 

Ada lagi upacara Ka Uwi yang pada akhirnya ada tarian Gawi. Tarian adat Ende dengan aksen yang berbeda-beda. Tarian ini menyimpan pesan tentang kesatuan suku mereka, suku Paumere. Suku adat yang dengan sebutan Tana Uzu Watu Manu Eko Rakatupa.

Di dalam konteks suku Paumere, di sana ada hukum adat seperti tentang hukum terkait perkawinan Inses, Peza Pani dan hukum terkait mengambil barang milik orang lain, Bhetu Denda dan ritual tolak balak.

Masih banyak lagi ritual adat lainnya yang masih ada di sana, seperti tentang upacara pembuatan tiang utama rumah (Teka Mangu), upacara masuk rumah baru (nai Sao). 

Rumah Adat suku Paumere di desa Kerirea | Dok. pribadi oleh Ino
Rumah Adat suku Paumere di desa Kerirea | Dok. pribadi oleh Ino

Saat ini suku Paumere sudah punya rumah adat sendiri yang selanjutnya akan dilengkapi dengan benda-benda pusaka seperti emas, gading dan gong warisan para leluhur mereka.

6. Potensi kehidupan sebagai petani

Jumlah penduduk warga Kerirea mencapai kurang lebih 1300 orang. Jumlah ini tidak terhitung dengan anggota warga mereka yang pergi merantau di berbagai tempat. Sebagian besar dari penduduk itu bekerja sebagai petani. Dari total kurang lebih 750 kepala keluarga (KK), dapat dipastikan lebih dari 750 sarjana dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan ada di mana-mana.

Wilayah desa Kerirea adalah wilayah kehidupan para petani dengan penghasil komoditi pertanian yang sangat besar. Di sana ada hutan kemiri, kakao, kopi, cengkeh, vanili, ada kebun sayur, ada usaha sejenis kerajinan tangan yang belum maksimal diakomodir.

Buah Kakao di desa Kerirea | Dokpri. oleh Ino
Buah Kakao di desa Kerirea | Dokpri. oleh Ino

Pada akhirnya saya bisa mengatakan bahwa Desa Kerirea punya potensi yang bisa diandalkan sebagai desa Wisata Alam dan Adat. Potensi alam, potensi adat dan potensi manusia sangat mendukung untuk akses wisata itu sendiri. Tentu saja dengan dukungan Adira Finance, Desa Kerirea pasti bisa menjadi Desa Wisata di Flores, NTT.

Salam berbagi, ino, 11.11.2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun