Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada 5 Prinsip di Tengah Kerumunan dan Basis Kata Hati

2 November 2022   12:35 Diperbarui: 9 November 2022   14:48 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajemen apapun dalam kerumunan itu selalu penting dan hal yang tidak terlupakan adalah bahwa orang perlu mendengarkan kata hatinya (Gewissen).

Tema tentang kerumunan sorotan Kompasiana itu sebenarnya baru menjadi tema yang ramai dibicarakan belakangan ini. Pemicu terangkatnya tema kerumunan menjadi penting karena latar bahaya dari kerumunan itu telah menjadi kenyataan.

Beberapa tragedi seperti di Kanjuruhan, Indonesia; di Korea Selatan dan di Jerman beberapa tahun silam pun menjadi bahan perbincangan publik. Ketika saya ingin menulis tentang kerumunan sekarang ini, tentu rasanya berbeda dengan pengalaman saya berada di kerumunan saat sebelum covid.

Sekarang kerumunan selalu diasosiasikan dengan bahaya. Bahaya yang bisa terjadi seperti ketika begitu banyak orang panik pada saat yang sama. Bisa saja orang saling menginjak karena setiap orang berusaha menyelamatkan dirinya. 

Tentu saja lumrah, jika saat ini kesadaran tentang rasa takut berada di kerumunan menjadi begitu besar. Dugaan-dugaan tentang seribu kemungkinan bisa saja membuat orang sangat hati-hati berada di kerumunan.

Nah, sebelum saya mendengar beberapa tragedi saat ini, saya pernah berada di tengah kerumunan dan memang saya mewaspadai hal itu. Alasan sederhana saja yakni berangkat dari situasi nyata di mana saya berada.

Sampai dengan saat ini, hal yang membuat saya takut berada di kerumunan karena dua hal ini: pertama, karena peristiwa Silvesternacht di Köln, Jerman dan beberapa kasus bom bunuh diri di tengah orang banyak.

Saya masih ingat pada saat Johanes Fest tahun 2018, saya berada di tengah kerumunan di kota Mainz. Saat itu ada ribuan orang di pesisir sungai Rhein. Coba bayangkan panitia pesta telah menyiapkan tiga kapal yang secara khusus akan menembakkan kembang api dengan berbagai bentuk dan warna dari tengah sungai.

Dentuman musim yang menggelegar dan bervariasi, kadang meditatif, tetapi juga kadang erotis. Belum lagi di depan gedung DPR ada panggung Band yang suara musiknya sangat kencang dan begitu banyak orang menari di sana.

Saya coba menelusuri kerumanan itu dan merasakan betapa besarnya risiko di tengah kerumunan saat itu. Oleh karena itu ada beberapa prinsip yang saya  miliki saat itu:

1. Tidak boleh berdiri terlalu lama pada suatu tempat apalagi di tengah-tengah kerumunan

2. Sebelum masuk di kerumunan itu, saya melihat dari ketinggian di mana arah pintu keluar

3. Berusaha menjauhkan diri dengan orang-orang yang sedang memegang botol bir dan minuman keras lainnya

4. Selalu ramah menyapa orang lain di sekitar saya dan mengajak mereka berbicara

5. Mendengarkan kata hati sendiri

Kelima hal itu muncul spontan dalam pikiran saya pada waktu itu. Oleh karena itu, saya merasakan memang kerumunan itu selalu punya potensi buruk. Meskipun demikian, saya percaya bahwa setiap orang punya feeling tertentu.

Ya, ada kata hati yang perlu didengar pada saat berada di kerumunan. Saya mengikuti itu tanpa harus larut dalam keadaan yang saya tidak tahu aman atau punya potensi bahaya.

Oleh karena besarnya potensi bahaya ketika orang berada di dalam kerumunan, maka saya pikir sebaiknya dalam setiap momen kerumunan perlu adanya beberapa hal ini:

1. Setiap orang belajar mengendalikan diri

2. Setiap acara yang mengumpulkan banyak orang, perlu ada pengendali massa yang bisa didengar oleh semua orang

3. Setiap perkumpulan besar orang perlu ada tata tertib yang harus disiapkan oleh panitia

4. Perlu ada penjagaan dan pemeriksaan di setiap pintu masuk terkait minuman beralkohol yang boleh dan tidak boleh

Pada prinsipnya, di mana dan kapan saja orang berada di dalam kerumunan, pertama-tama orang perlu mempertimbangkan keselamatannya sendiri dan keselamatan orang lain. 

Ada 5 prinsip yang berangkat dari pengalaman pribadi saya di atas barangkali bisa berguna bagi siapa saja. Dan jangan lupa hal penting ini bahwa dengarkan kata hatimu dan ikutilah itu.

Kata hati kita terkadang berbicara jujur tentang sesuatu yang akan menjadi baik dan tidak, jadi alangkah baiknya jika orang percaya pada hatinya. Saya percaya bahwa keputusan yang tanpa berakar dalam hati itu ada bahayanya, "so ist jeder eigenwillige Entschluß gefährlich" atau keputusan apa pun yang ditentukan sendiri adalah berbahaya.

Keputusan yang ditentukan sendiri dalam hal ini berarti suatu keputusan yang diambil seseorang tanpa ada komunikasi dengan suara hatinya.

Salam berbagi, ino, 2. November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun