Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Alasan Pentingnya PR dan Proses Kontinuitas Belajar

28 Oktober 2022   18:05 Diperbarui: 3 November 2022   04:35 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Alasan pentingnya PR dan proses kontinuitas belajar | Dokumen diambil dari: test.de

Tanpa PR, anak didik hanya bisa "membeo"  Anak didik tidak punya peluang untuk melihat kemungkinan lain, selain dari pernyataan-pernyataan yang ada di sekolah. Dari kebiasan seperti itu, bisa disinyalir bahwa anak didik akan mengalami banyak shock, ketika berhadapan dengan sebuah percakapan langsung dan atau punya kendala dalam berpikir mandiri. 

PR semestinya merupakan saat yang baik bagi anak didik untuk lebih baik menyiapkan diri mereka sebelum masuk ke dalam konteks pendidikan formal di sekolah. 

Dulu saya begitu senang mengikuti pelajaran Matematika hanya karena saya telah mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. 

Artinya, melalui pekerjaan rumah itu, saya menjadi lebih siap untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Dari pengalaman itu, saya tidak pernah menyesal. Buah dari kesiapan belajar itu saya nikmati melalui hasil dan prestasi yang baik, hingga membawa saya kepada status siswa yang pantas memperoleh beasiswa. 

Tentu beda zaman, beda istilah dan beda rasa. Dulu yang namanya beasiswa itu benar-benar karena prestasi akademik, sekarang beasiswa juga disebutkan untuk siswa yang hanya menerima sumbangan pendidikan karena orangtua tidak mampu dan alasan-alasan lainnya. 

Karena itu, saya berani mengatakan bahwa bahwa pekerjaan rumah itulah yang membawa saya menjadi siswa yang berprestasi pada masa itu, hingga saya tamat dengan membawa uang beasiswa sebesar 750 ribu. Betapa berartinya uang itu di tahun krisis 1998. Bahagia tidak terkatakan. 

Apa rahasianya? Sebenarnya cuma karena saya rajin belajar sendiri, rajin mengerjakan pekerjaan rumah. Dari situ saya menjadi siswa yang lebih siap mengikuti ujian dan perlombaan lainnya. 

Pada prinsipnya, saya tidak pernah menyesal mengerjakan pekerjaan rumah. Penyesalanku sekarang adalah jika siswa-siswi saat ini tidak lagi mengenal pekerjaan rumah. 

Mari pikirkan lagi dengan baik. Generasi yang berada pada posisi terpenting di negara saat ini, adalah mereka yang pernah hidup dalam iklim pekerjaan rumah. Nah, apa jadinya generasi selanjutnya yang tidak mengenal pekerjaan rumah? Harap saja bukan generasi penganggur yang dihasilkan nantinya. 

 

Salam berbagi, ino. 27.10.2022 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun