Masak sih, mengunjungi tetangga yang jaraknya cuma 50 meter itu harus menggunakan sepeda motor? Semula saya tidak mengerti dan bahkan saya pernah mengatakan bahwa itu adalah kebodohan.
Setelah itu , saya berusaha melihat lebih jauh lagi dan saya menyadari bahwa ternyata ada hal lain yang tersembunyi dibalik pilihan seperti itu.
Mengurangi jalan kaki ternyata adalah suatu bentuk dari pencapaian mereka yang sekian tahun merangkak dalam keterbelakangan. Mereka punya kerinduan untuk menggantikan pilihan yang tidak terhindarkan itu.
Tidak heran ketika mereka bisa mencapainya, maka mereka menikmati itu dengan bangga. Perspektif itu hanya bisa dipahami dari sisi mereka dan buka dari saya dan tentu yang lainnya yang tidak pernah hidup di desa.
Saya bersyukur karena saya berasal dari latar belakang yang sama dengan mereka, sehingga saya bisa memahami apa sih kerinduan mereka, sehingga mental mereka jadi seperti itu.
Berjalan kaki bagi mereka adalah simbol dari ketertinggalan zaman. Kalau usia saya, maka bisa dikatakan seperti ini, sudah cukup bagi kami berjalan kaki selama 30 tahun, sekarang kami sudah menang dan bisa menikmati teknologi.
Ini soal pemahaman dan dan latar belakang pemikiran masyarakat tradisional yang berada di dalam ruang transisi budaya kuno dan budaya modern.
Latar belakang dan pemahaman budaya itu secara otomatis membentuk pola pikir keseharian mereka, hingga berpikir seperti ini: Jalan kaki? Oh bukan zamannya lagi. Belum lagi, untuk mereka berjalan sendiri tanpa tujuan, seperti sekedar jogging itu adalah hal aneh.Â
Tidak ada dalam konsep berpikir mereka tentang jalan tanpa tujuan, selain ke kebun atau memindahkan ternak mereka. Jadi, adalah suatu pemandangan yang unik dan aneh, ketika orang "jalan kaki" dalam arti untuk kesehatan.
Tema jalan kaki untuk kesehatan bagi mereka itu sudah otomatis ketika mereka pada pagi hari meninggalkan rumah mereka lalu berangkat ke kebun dan mencari nafkah hidup mereka.