Sorotan kata dan peristiwa tiba-tiba melambung tinggi di sana. Di ujung dunia menyebut nama Indonesia hari-hari belakangan ini.
Indonesia di balik tirai duka stadion Kanjuruhan, Malang.
Nama tersebar bersama lembaran kenangan duka dalam dunia sepak bola. Nama Arema dan Persebaya terbang melayang ke ujung dunia disebut orang-orang putih di mana-mana.
Tak heran bencana sering menjadi rezeki popularitas. Bencana sering diubah menjadi ternama tanpa rencana-rencana.Â
Arema bukan lagi tentang orang Malang, Persebaya bukan lagi sekedar arek-arek saja. Keduanya sudah berubah wajah jadi dinding utama berita dunia.
Oktober memang tidak bisa diseret duka, apalagi 1 Oktober hari bertaburnya bunga kecil dari Perancis di abad ke-18. Mawar merah kecil di sebuah taman di kota Lisieux, Perancis terlalu mudah mekar pada 1 Oktober setiap tahunnya.
Itu mawar kenangan tentang mencintai yang lainnya, sekalipun begitu kecil dan sederhananya manusia. Mawar cinta kita pada sesama manusia.
Itu sorotan di ujung dunia sejak lama, bahkan agama-agama mengajarkan cintai sesama. Indonesia terlalu mudah sebut agama dalam semua hal.
Tapi, di manakah cintamu untuk dia yang cuma berbeda selera dan rasa? Kepulan asap gas sudah merampas rindu hidup lama begitu banyak manusia.
Terhipnotis benci dan kecewa, lalu manusia bisa diinjak-injak layak sampah di pinggir jalan. Itu jadi sorotan di ujung dunia.