Hal yang juga penting diketahui oleh pimpinan adalah bahwa tidak semua pembicaraan empat mata yang serius itu adalah momen yang efektif dan berkualitas.Â
Nah , dari situ sebenarnya sangat diperlukan suasana santai atau locker, di mana orang bisa bercanda sambil makan makanan ringan di mana saja. Intinya adalah menciptakan suasana santai dan rileks lalu bisa berbicara perlahan-lahan sampai ke suasana batin perorangan.
3. Perlunya kerendahan hati agar suasana baru bisa berubah
Poin tentang kerendahan hati ini bisa berfungsi dua arah. Seorang pimpinan perusahan bisa juga harus bersikap humble untuk menyapa dan bertanya kepada karyawan dan bawahannya tanpa segan-segan, bahkan perlu memberikan perhatian dan hadiah sepantasnya.
Demikian juga humble itu sangat perlu juga dari karyawan dan bawahan. Coba dibayangkan betapa susahnya mencari pekerjaan saat ini. Oleh karena itu, sebenarnya adalah sebuah syukur jika sudah bisa bekerja.
Apa yang akan terjadi ketika quiet quitting itu dibalas tidak dengan quiet firing tetapi dengan mengeluarkannya dari perusahan, tentu merupakan malapetaka besar bukan?
Nah, oleh karena siapa saja perlu memiliki spiritualitas kerendahan hati dan bersyukur yang perlu dilengkapi dengan gairah kerja yang sungguh-sungguh jujur dan berkualitas.
Tanpa ada kesadaran itu, maka suasana beku dan ruwet di perusahan tidak akan berubah, bahkan bisa saja akan semakin buruk. Dai kesadaran itulah, sebenarnya orang tetap bersyukur memiliki pekerjaan dan bersikap humble itu bisa menjadi suatu peluang untuk dipromosikan ke posisi yang lebih penting.
Posisi akan berubah, jika kualitas diri pribadi, loyalitas kerja, humble itu terlihat jelas dalam diri seseorang.Â
Beberapa catatan itu, akhirnya merujuk pada kesimpulan bahwa tidak harus bahwa quiet quitting itu dibalas dengan quiet firing, tetapi orang perlu mencari jalan lain berupa: