Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

5 Pertimbangan Pentingnya Tim Formatur bagi Sekolah Asrama

15 September 2022   11:55 Diperbarui: 15 September 2022   18:25 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
5 pertimbangan pentingnya tim formator bagi sekolah asrama | Dokumentasi pribadi oleh Ino

Sekolah asrama perlu dijalankan oleh tim kerja sama. Tim pendamping yang melandasi diri mereka dengan mental inklusif dengan sorotan prioritas perkembangan dan kedewasaan anak didik dalam semua bidangnya.

Tema tentang sekolah berasrama memang penting sekali untuk dikaji lagi. Umumnya fenomena sekolah berasrama akhir-akhir ini tidak jarang disoroti publik dalam kaitannya dengan potensi kekerasan dan pelecehan seksual.

Tentu saja, kenyataan itu hanya sebagian kecil dari kenyataan sekolah berasrama yang berfungsi dengan baik dan sangat efektif untuk proses belajar. 

Umumnya penduduk Indonesia merindukan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak mereka. Bahkan sebagian orangtua yang cukup mampu tidak pernah takut membayar biaya asrama, asalkan anak-anak mereka dididik secara baik.

Nah, untuk maksud baik itu, tentu saja sekolah berasrama tidak bisa dijalankan secara pribadi atau sendiri-sendiri. Orang membutuhkan tim pembina atau formator yang punya kemampuan dan kematangan tertentu.

Ada beberapa alasan, mengapa sekolah berasrama itu membutuhkan tim formator:

1. Kerja sama tim itu untuk menghindari kecenderungan sewenang-wenang

Tim kerja yang bekerja sama untuk satu tujuan selalu punya efek yang positif. Oleh karena itu, semestinya konsep tentang kerja tim dalam sekolah asrama bisa menjadi hal penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Tim yang terdiri dari beberapa orang menjadi begitu penting untuk menghindari keputusan dan tindakan-tindakan yang tanpa melalui proses pertimbangan bersama.

Kesewenang-wenangan itu hanya terjadi pada kondisi apapun di mana keputusan hanya diambil oleh satu orang saja. Asrama selalu diidentikan dengan rumah pembinaan yang penghuninya tidak hanya satu orang.

Dalam hal ini konsep sekolah asrama mesti juga melibatkan banyak orang untuk mengurus banyak orang. Kualitas sekolah asrama tentu saja sangat tergantung pada seberapa intensif dan disiplinnya pendampingan oleh beberapa orang. 

Pendampingan bersama yang direncanakan bersama itu sudah pasti akan jauh lebih efektif dan bermanfaat dan daripada semua perencanaan hanya muncul dari satu kepala.

2. Proses formasi bagi anak didik perlu bersifat inklusif

Pendidikan apa saja sebenarnya perlu mengarahkan anak didik untuk memiliki ciri-ciri inklusif dan bukan eksklusif. Pendidikan melalui model sekolah asrama bisa saja menjadikan anak didik itu inklusif, tergantung pula dari cara para pendidiknya di sana.

Pendidik yang punya karakter terbuka, pasti membawa pengaruhnya kepada anak didiknya untuk juga inklusif.

Pendidikan yang menghantar anak didik kepada mentalitas yang terbuka kepada orang lain pasti sangat tepat dengan wawasan kebhinekaan di Indonesia.

Sekolah asrama sebenarnya sangat bagus, kalau dilandasi dengan wawasan keberagaman dan dibentuk juga mentalitas budaya dan peradaban bangsa yang unik dan beragam ini.

Oleh karena itu sangat penting bahwa proses formasi sekolah asrama harus juga terbuka pada proses evaluasi dan keterlibatan pihak lain. 

Semakin banyak perspektif dan wawasan yang berbeda dengan tujuan yang sama itu diberikan, maka semakin bagus wawasan kehidupan anak-anak atau generasi muda bangsa ini.

3. Perhatian pada anak didik harus merata dan tidak ada perlakuan khusus

Perhatian pada anak didik yang secara khusus tinggal di asrama perlu menjadi sorotan serius. Mengapa? Cukup rawan terjadi bahwa di sana akan ada praktek perhatian khusus, yang umumnya dikenal dengan sebutan "anak emas".

Pengelompokan anak-anak di asrama bisa saja terjadi tanpa secara kritis menilai seberapa besar daya pemberdayaannya untuk anak-anak seluruhnya.

Bukan tidak mungkin, jika pada sekolah asrama hanya dipimpin oleh seorang formator, maka yang terjadi di sana "suka-suka" menurut selera pribadi saja.

Perlakuan khusus dan tidak merata sering terjadi tanpa dikritisi sama sekali. Nah, dalam konteks seperti itu, sangat mungkin potensi ketidakadilan terjadi.

Faktor penyebabnya bisa saja bermacam-macam, ada yang dibentuk karena relasi pribadi dengan orangtua anak didik dan ada yang terjadi karena kemampuan intelektual anak.

Umumnya anak yang cerdas akan lebih diperhatikan daripada anak yang kemampuannya minimalis. Nah, jika demikian kapan anak dengan kemampuan biasa itu bisa meningkat daya nalarnya?

Oleh karena itu, sangat penting bahwa wawasan sekolah asrama perlu dilengkapi dengan kesadaran tentang keseimbangan perhatian kepada anak tanpa dipengaruhi oleh kedekatan pribadi dan kepentingan lainnya.

Dalam konteks budaya Jerman, realitas seperti itu sudah bisa dikategorikan dengan pelecehan (Missbrauch), entah itu pelecehan seksual, maupun spiritual.

4. Evaluasi dan koreksi perlu dari beberapa sudut pandang dan bukan tunggal

Poin tentang evaluasi dan koreksi menempati posisi sangat penting. Pendidikan tanpa proses evaluasi dan koreksi pantas diragukan kualitas pencapaiannya.

Tentu saja bukan lagi hal baru bahwa hampir semua sekolah asrama selalu punya program dan acara harian sendiri.

Di dalam detail program mereka pasti ada sesi tentang evaluasi dan koreksi, baik itu di tingkat anak-anak asrama sendiri, maupun dari pendampingnya terhadap anak asrama.

Evaluasi dan koreksi bahwa dilakukan secara teratur dan terprogram. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana perkembangan studi, kepribadian, mentalitas, dan aspek-aspek spiritual lainnya yang memang menjadi fokus dari sekolah asrama itu sendiri.

Sekolah asrama yang melupakan proses evaluasi dan koreksi hendaknya perlu dibenah lagi. Hal ini karena proses evaluasi dan koreksi itu adalah proses memahami dan mengenal diri yang pasti menuntun anak tidak hanya ke penerimaan diri, tetapi juga menuju ke kedewasaan kepribadian.

5. Kekayaan intelektual dan keseimbangan fisik dan psikis harus datang dari dialog dan komunikasi dengan banyak orang dan bukan hanya dengan satu orang.

Kedewasaan anak didik yang tidak di asrama tentu saja berbeda dengan anak yang tinggal di rumah orangtua mereka. Hal ini karena, anak-anak asrama sudah mulai terbiasa dengan kenyataan dan pengalaman perjumpaan dengan orang lain.

Hidup sosial, daya intelektual, keseimbangan fisik, psikis dan spiritual pasti dibentuk bersama dengan yang lainnya dalam satu ritme dialogis yang dibimbing secara teratur bukan saja oleh satu orang, tetapi dalam tim.

Oleh karena betapa pentingnya sekolah asrama yang dibimbing oleh tim kerja sama atau tim formator. Tim yang bekerja sama itu akan sangat membantu anak didik menjadi lebih terbuka karena di sana ada realitas alternatif dan bukan hanya satu-satunya.

Perspektif, pendekatan yang beragam pasti menambah wawasan mereka untuk terbuka dan kritis. Bahkan saya percaya anak-anak dari sekolah asrama punya kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh anak-anak yang selalu hidup bersama orangtua mereka.

Kedewasaan dan kemandirian anak asrama sekalipun itu tidak dipelajari, tetapi mereka pasti memiliki itu. Dan oleh karena itu sebenarnya sekolah asrama itu sangat baik.

Baik dan buruknya sekolah asrama tentu saja tergantung dari konsep asrama yang dimiliki oleh pendirinya. Di sana perlu ada visi dan misi yang jelas dengan target dan pola-pola pendampingan yang pasti berjalan bersama orang lain secara transparan dan terbuka.

Sekolah asrama akan menjadi model sekolah favorit, jika dibangun dari kesadaran tentang betapa pentingnya kedewasaan kepribadian, kemampuan intelektual, perkembangan psikis, dan spiritual serta kesadaran akan akar budaya bangsa yang inklusif ini.

Salam berbagi, ino, 15.09.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun