Jadi, tantangan yang penting disadari dalam menulis buku adalah soal kebiasaan menulis. Menulis buku tentu mudah bagi orang yang sudah biasa menulis, dan sebaliknya sangat sulit bagi orang yang belum biasa menulis.
2. Menulis karena merasa ada pengalaman perjumpaan dengan dunia lain yang menarik
Ide untuk menulis buku awalnya sangat sederhana. Dalam perjalanan ke Universitas setiap hari selalu saja ada perjumpaan dengan pengalaman yang unik.
Mulai dari bertemu pelukis jalanan di stasiun kereta, sampai dengan kisah para penunggu kereta, bagaimana sikap seseorang di dalam kereta, pergulatan batin sendiri saat lelah, pergulatan orang Indonesia di Jerman.
Semuanya saya sadari dan ternyata menyentuh relung hati saya sendiri dan perlahan-lahan mengubah rona hati seakan-akan berproses secara terus menerus.
Kalau mau dikategorikan ke dalam kategori tertentu, maka sangat sulit tentunya, karena ada banyak judul dan pengalaman yang berbeda-beda.
Akan tetapi, satu yang pasti bahwa semua perjumpaan pribadi dengan pengalaman itu menyentuh hati saya. Oleh karena itu, saya menyadari bahwa percikan pengalaman yang berbeda itu telah berproses mengubah hati saya dari waktu ke waktu.
3. Memiliki manajemen waktu yang baik dan cukup
Menulis dan menerbitkan buku dari pengalaman pertama tentunya berbeda dengan pengalaman seorang penulis yang sudah punya banyak buku. Pengalaman pertama yang sederhana dari saya adalah bahwa saya membutuhkan waktu. Waktu yang saya butuhkan tentu saja untuk beberapa hal ini: