Saya mengeluarkan kamera dari saku jeans lalu menatap sejenak bagaimana wajah bunga-bunga di taman rumah kami. Wajah segar berseri yang penuh misteri.
Mawar-mawar itu cuma tersenyum bertaburkan embun-embun di bibir kelopak cintanya yang mempesona di hari ini. Oh maaf, saya terlambat melihat senyum yang sudah kau taburkan sejak hari-hari kemarin.
Itu saya katakan pada setangkai mawar yang sudah layu dengan kuntum yang sudah berlalu mekar di taman sendiri beberapa hari yang lalu.Â
"Ada yang mekar dan ada pula yang layu"
Oh inilah cerita dan inspirasi dari taman rumah sendiri. Ternyata rumah dengan taman sendiri yang indah penuh bunga punya khasanah inspirasi untuk menulis.
Saya berhenti sejak di pelataran taman itu sambil terus memandangnya dari beberapa sisi. Dari situ saya mengerti bahwa keindahan dan kekaguman yang membaur bersama perspektif itu akan  menjadi indah dan menarik karena dilihat dari sudut fokus yang berbeda.
Di sana ada mawar putih yang rimbun mekar di taman rumah pada sisi paling belakang, namun ketika posisi pengambilan gambar dari belakang, maka terlihat satu kehormatan yang luar biasa bahwa ia menjadi yang terdepan.
Hidup terkadang menyerupai bunga di taman, kadang dari mekar sampai layu dan gugurpun tidak dilihat dan dipandang, tetapi kadang pula, sejak tumbuh pucuk kecil saja diamati setiap hari hingga mekarnya pun diabadikan setiap hari.
Bahkan ceritanya pun dibaca oleh pengunjung-pengunjung taman lainnya lagi. Sebuah inspirasi yang tidak banyak diprediksi bahwa dari taman kecil rumah itu muncul gagasan dan tulisan.
Hari ini, saya ingin menyimpan kenangan dan percikan kata yang terbersit dari pelataran taman rumah sendiri. Siapa tahu ada yang membaca dan terinspirasi bisa menulis kembali tentang taman rumahnya dengan syair dan kata-katanya sendiri.
Wajah-wajah mawar dan bunga saya simpan bersama tulisan ini, sebagai kenangan bahwa pernah suatu hari mawar dan bunga di taman pernah menyapa hati hingga menggerakan jari-jemari untuk melukis kata, kalimat dan paragraf kecil.