Hujan pertama dan mawar-mawar di taman telah menjadi inspirasi tentang "ada yang mekar dan ada yang layu"
Catatan harian dalam cerita tertulis memang selalu tidak terlepas dari kisah kecil sehari-hari. Minggu, 5 Juni 2022 ketika pagi saat panas 24 derajat celcius menyengat kulit, terasa ada kerindungan ingin menikmati hujan hari ini.
Pukul 14.00 siang hari cuaca berubah mendung dan gelap. Terasa seakan-akan langit menahan jatuhnya hujan, bahkan seakan menahan terpenuhinya rindu manusia merasakan sejuknya butir-butir hujan yang terdampar di pucuk-pucuk bunga.
Toh akhirnya mimpi dan kerinduanku terjadi, ketika pukul 15.00 gerimis mulai mencoba menyentuh wajah bumi yang kering dan daun-daun yang melambai kaku.
Tiupan angin segar sepoi-sepoi basah pun menambah irama romantis alam saat hujan pertama di pertengahan musim semi di Eropa. Hujan hari ini seakan menjawab rindu. Rindu dalam ribaan terdalam untuk menghapus keringat dan dahaga lelah di hari-hari pertama minggu  ini.
Kucoba dengan berani membuka jendela kamar untuk membiarkan tiupan sejuk angin segar bercampur gerimis sore hari ini. Suasana kamar yang panas seketika berubah jadi sejuk dan begitu nyaman.
Oh damainya hidup ini. Cuaca berubah lagi, gerimis berhenti, tetesan embun dari langit tak terlihat lagi. Cahaya matahari kembali menebar senyumnya pada dedaunan yang baru saja tersenyum menyambut gerimis.
Rasanya hangat-hangat, sejuk-sejuk di sore hari. Indah sekali cuaca hari ini. Tak terhitung berapa kali mondar-mandir dari kamar ke halaman tengah tempat taman rumah kami.
Seusai makan malam pukul 19.00 langkah terhenti sejenak di depan taman rumah. Sontak ada suara tanya muncul dari dalam hati: Mengapa kamu tidak menulis kisah ini?