Percaturan kepentingan politik dalam rangka pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Keempat hal itu tampak sekali menjadi sumber dari distorsi etika di negeri ini. Tentu kalau dilihat dalam kancah politik di negara-negara lain, terasa sekali bahwa sedikit berbeda bahwa pengkritik tidak sampai mencaci maki.
Nah, dalam hal ini sebenarnya bisa dilihat ternyata tingkat intelektualitas pengamat politik, atau juga pejabat-pejabat yang suka nyinyir itu sebenarnya kekurangan gizi etika.
Ya, Indonesia dalam konteks kebebasannya sebetulnya perlu tetap menyadari beberapa hal ini:
Pemimpin bangsa ini dipilih dari kebanyakan rakyat Indonesia. Pemilihnya pasti menghormatinya. Orang baik juga pasti dihormati.
Bangsa Indonesia bertahan dengan nilai inflasi 3,47 di tengah krisis ekonomi yang melanda banyak negara lain, termasuk di Eropa.
Kedewasaan emosi anak bangsa ini masih perlu dievaluasi.
Kritik yang konstruktif itu ternyata hanya bisa dilakukan oleh orang yang bijaksana dan bukan karena titel seseorang lalu menjadi otomatis dimampukan.
Indonesia membutuhkan bentuk-bentuk edukasi dalam cara menyampaikan kritik baik lisan, maupun tulisan.
Indonesia membutuhkan pendidikan etika.Â
Demikian beberapa catatan yang terkait dengan konteks respek anak bangsa terhadap pemimpin bangsa ini dan bagaimana penting merujuk pada respek bangsa lain terhadap pemimpin bangsa kita.Â