Rujukan untuk mengkritik diri sendiri
Rasa hormat pemimpin bangsa lain atau bahkan rasa hormat warga negara lain terhadap presiden Republik Indonesia bagi saya adalah catatan paling berarti yang bisa menjadi rujukan untuk mengkritik diri sendiri.
Rakyat Indonesia umumnya sangat menghormati presidennya. Meskipun demikian, pada kenyataanya terlihat bahwa konteks politik di Indonesia terkadang menampilkan rasa dan aroma yang berbeda.
Terkadang banyak salah paham tentang bagaimana menjadi oposisi dalam percaturan politik. Oposisi semestinya tidak berarti bisa menghina dan mencaci maki lawan politik.
Oposisi itu diterima di Indonesia, cuma kendalanya bahwa etika dalam beroposisi terasa belum matang untuk dipublikasikan. Tidak jarang pula beberapa orang yang bisa dikatakan pengamat politik, tetapi prakteknya cenderung menilai dan mengukur dan merendahkan, hingga menghina.
Dalam kenyataan seperti itu, sebenarnya siapapun rakyat Indonesia perlu bercermin diri pada rakyat bangsa lain yang mengagumi dan menghormati presiden kita, Jokowi.
Lebih dari itu, saya melihat fenomena cibir dan nyinyir terhadap pemerintah saat ini, lebih karena kepentingan tertentu yang tidak tercapai.Â
Beberapa fenomena itu bisa terlihat jelas sekali dalam kenyataan-kenyataan ini:
Kemungkinan pencibir dan pencaci maki di negeri ini adalah orang-orang yang punya trauma politik, entah pernah dipecat dari jabatannya.
Sekelompok orang yang diam-diam mendukung gerakan radikalisme di Indonesia.
Sekelompok orang yang tidak bisa lagi seenaknya korupsi karena regulasi keuangan yang sangat ketat dengan sistem-sistem kuncinya.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!