Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menafsir Inflasi Indonesia dari Sudut Kepailitan Pasar Perbankan Eropa

11 Mei 2022   01:01 Diperbarui: 12 Mei 2022   02:45 1870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inflasi. Sumber: Shutterstock/Sauko Andrei via Kompas.com

Perhatikan angka inflasi biar tidak gampang menghakimi, tetapi belajar melihat dalam keseimbangan dengan keadaan negara-negara lain.

Sanksi ekonomi yang bersahut-sahutan antara Rusia dan negara-negara Uni Eropa (EU) semakin menyeret keadaan ekonomi global ke gerbang krisis yang sesungguhnya.

Waspada terhadap ancaman krisis global memang sudah disinyalir sejak awal oleh sebagian besar pemimpin negara. Indonesia tentu salah satunya yang berbicara tentang dampak dari krisis Rusia-Ukraina.

Krisis Rusia-Ukraina sampai saat ini belum punya titik terang, bahkan bisa dikatakan titik buram berkelabu membaur dan menyebar bagaikan debu letusan gunung berapi. Debu dan hawa panas lava meleleh menepis negara-negara Uni Eropa hingga kepanasan saat ini.

Ada dua fenomena yang patut menjadi kajian pemimpin-pemimpin dunia saat:

1. Kebangkrutan lembaga perbankan Eropa

Media online RUHR 24 merilis berita dengan judul, "Lembaga perbankan bangkrut: Ribuan pelanggan di Jerman terpengaruh." (8/09/2022).  Sorotan utama berita ini lebih terarah kepada pailitnya bank Belanda dengan pelanggan Jerman yang banyak sekali terkena imbasnya.

Tidak hanya itu ternyata Sberbank Europa yang berbasis di Wien telah secara resmi mengajukan kebangkritan pada bulan Maret 2022 lalu. Tentu fenomena itu menyisakan pertanyaan yang menakutkan: siapa yang menyusul dan siapa korban berikutnya?

Jelas sekali dalam sorotan berita itu bahwa lembaga perbankan dengan kantor pusat Amsterdam, Belanda yang didirikan sejak tahun 1994 itu mengajukan kepailitannya dengan konsekuensi tidak enak pada ribuan pelanggan Jerman.

Lagi-lagi bukan hanya Sberbank, tetapi juga bahwa Amsterdam Trade Bank yang terkenal di Jerman dengan nama FIBR Bank juga diisukan akan segera mengajukan kebangkrutan (involvens).

Mengapa lembaga perbankan Belanda mengalami kebangkrutan? Kebangkrutan ini sudah jelas karena bias dari sanksi Rusia dan bahwa lembaga perbankan Belanda punya koneksi dengan lembaga perbankan Rusia.

Lembaga sentral Bank Belanda merilis jumlah nasabah bank yang bangkrut itu. Dari 23.000 nasabah simpanan pribadi, ada 6.000 diantaranya adalah nasabah yang berasal dari Jerman.

Ilustrasi tentang menafsir iflasi Indonesia dari sudut kepailitan pasar perbankan Eropa | Dokumen diambil dari: won4d.com
Ilustrasi tentang menafsir iflasi Indonesia dari sudut kepailitan pasar perbankan Eropa | Dokumen diambil dari: won4d.com

Ada 6.000 nasabah itu memang sangat mengharapkan surat dari De Nederlandsche Bank (DNB) terkait cara pengembalian uang mereka, namun nasabah bank juga sedang diancam dengan penutupan rekening.

Sementara itu beberapa media online juga merilis kemungkinan pengembalian uang kepada nasabah yang terkena dampak:

  1. Uang yang telah diinvestasikan nasabah dilindungi dalam jumlah tertentu, jika bank itu pailit (bdk.atbank.de)

  2. Asuransi Deposito Eropa punya kebijakan sendiri bahwa setiap penabung yang punya simpanan sampai dengan 100.000 euro akan dilindungi. Sedangkan DNB punya kebijakan yang jauh lebih besar seperti jumlah simpanan yang dilindungi bank sampai sekitar 700 juta euro.(bdk. zeit)

  3. Uniknya bahwa menurut industri perbankan Jerman punya kebijakan untuk tidak membayar kerugian itu.

Nah, dari kenyataan ini terlihat sekali bahwa kebijakan pengembalian hal nasabah pun berbeda dan sangat mungkin hal ini karena kemungkinan pailit yang sangat parah tidak hanya pada satu bank, tetapi bisa jadi semakin merambat ke bank lainnya di Eropa.

Ya, dampak yang paling parah adalah saat ini sebagian nasabah terkoneksi dengan lembaga perbankan Belanda tidak mempercayai lembaga perbankan Belanda.

Kehilangan kepercayaan ini merupakan dampak serius yang semakin memperburuk keadaan perbankan bukan saja di Belanda atau di Eropa, tetapi bisa saja merebak ke mana saja.

Oleh karena itu, hal yang paling penting saat ini adalah menjaga agar lembaga perbankan tidak jatuh pailit. Nah, tentu menarik untuk dilihat bagaimana posisi inflasi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

2. Posisi inflasi global dalam  kancah perbandingan inflasi Indonesia

Take-profit.org merilis data inflasi yang bisa dilihat sebagai berikut:

Gbr 1 | Dokumen diambil dari take-profit.org
Gbr 1 | Dokumen diambil dari take-profit.org
Pada prinsipnya, Indonesia ternyata mencapai angka 3,47 %. Angka itu ternyata jauh lebih kecil dari negara-negara lainnya. Artinya bahwa pemerintah Indonesia saat ini mampu menjaga kestabilan ekonomi bangsa ini.

Gbr 2 | Posisi Indonesia, dokumen diambil dari: take-profit.org
Gbr 2 | Posisi Indonesia, dokumen diambil dari: take-profit.org

Gbr3 | Gambar diambil dari take-profit.org
Gbr3 | Gambar diambil dari take-profit.org

Gbr 4 | Dokumen diambil dari take-profit.org
Gbr 4 | Dokumen diambil dari take-profit.org

Jika keadaan Indonesia seperti itu, sebetulnya beberapa hal ini perlu diperhatikan:

  1. Indonesia sedang berada dalam posisi dinamika ekonomi yang masih cukup baik dibandingkan dengan negara-negara lain dalam konteks krisis global saat ini.

  2. Indonesia perlu menciptakan iklim kehidupan ekonomi yang mandiri dengan tetap menjaga kestabilan baik itu pasar perbankan nasional, maupun mobilitas pasar tradisional.

  3. Opini positif tentang kemandirian ekonomi mesti lebih kuat daripada opini menyerang pemerintah, seakan-akan pemerintah gagal. Justru sebaliknya, kita perlu bersyukur bahwa keadaan ekonomi kita tetap stabil.

  4. Sudut pandang oposisi di Indonesia tidak lagi tepat sasar atau tidak menemukan alasan yang tepat untuk menuntut pemerintah dengan dalil-dalil kenaikan harga beberapa jenis barang kebutuhan masyarakat.

Jangan lupa bahwa Jerman punya angka inflasi 4,5 % atau lebih besar dari Indonesia (bdk. fokus.de), sedangkan angka yang sama juga untuk Perancis, 4,5 % (bdk.de.statista.com). Bahkan mengejutkan, Rusia ternyata punya Inflasi lebih besar lagi yakni sebesar 8,7% (bdk. Russland.capital).

Inflasi di Perancis | Dokumen diambil dari: de.statista.com
Inflasi di Perancis | Dokumen diambil dari: de.statista.com

Ya, Indonesia ternyata lebih baik dari kenyataan inflasi di negara-negara yang punya ekonominya hebat di Eropa. Untungnya bahwa Jerman dan Perancis sekalipun mencapai angka 4,5% inflasi, keadaan ekonomi mereka tetap saja tenang dan stabil.

Demikian panorama inflasi global dengan balutan cerita tentang menjeritnya nasabah di lembaga perbankan Eropa umumnya dan khususnya lembaga perbankan Belanda, sementara Indonesia tetap berlayar dengan kibaran angka inflasi yang tidak parah kalau dilihat secara global.

Salam berbagi, ino, 11.05.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun