Saran dan tip seperti cerita kakak sepupu saya itu tentu sudah terlambat kalau selama ini tidak baik-baik dengan tetangga, soalnya kalau baru mau mudik, terlihat baik, nanti bisa dibilang pura-pura.
Kebaikan yang mendatangkan kebaikan dan rasa aman itu merupakan proses panjang, ya bagi saya sih mirip dengan proses investasi. Investasi kebaikan itu bukan saja pada saat kita dalam kesulitan, tetapi semestinya sejak kita tidak punya kesulitan.
Orang bijaksana pasti memikirkan itu sudah jauh sebelumnya, dan bukan sebaliknya menjelang mudik baru terlihat baik. Seakan-akan disogok biar menjadi penjaga rumah.
Saat membutuhkan orang lain, baru terlihat ramahnya minta ampun. Saya kira itu bukanlah sikap yang terpuji. Sebaliknya jika orang sudah punya komunikasi dan relasi yang baik dengan tetangga, maka keamanan rumah selama mudik itu sudah menjadi tema yang tidak terlalu mencemaskan.
Meskipun demikian, siapa saja tentu jangan hanya mengharapkan tetangga yang baik, tetapi juga konsep alternatif yang meyakinkan itu yang penting dibuat sejak sekarang.
Tentu sistem digital saat ini memungkinkan orang untuk memasang CCTV di area pintu masuk atau juga di depan rumah dan dalam rumah. Sekalipun demikian, teknologi itu bisa dirusak kalau seandainya tidak ada tetangga yang memperhatikannya.
Jika saja masih ragu dengan sistem digital CCTV, maka paling nyaman saya kira memberikan kunci rumah kepada tetangga atau keluarga terdekat yang tidak mudik pada saat bersamaan.
Ya, bisa saja dibicarakan bersama secara terbuka dengan tetangga, supaya mudik tidak pada saat yang sama. Tentu saja terasa aman, jika saja ada satpam yang menjaga kompleks perumahan itu.
Maka, paling penting tinggal meminta nomor HP satpam, supaya tetap selalu berkomunikasi dengan satpam. Jangan lupa beri sedikit kado untuk satpamnya, sehingga dia bisa punya perhatian untuk menjaga keamanan perumahan itu.
Cerita rumah aman saat mudik itu pernah saya dengar langsung dari seorang Pak Haji di Magepanda, Maumere, Flores, NTT pada tahun 2006.
Saat itu beliau sedang di kota Makassar. Kebetulan sekali pada saat itu ada sejenis kerusuhan di wilayah sekitar rumahnya. Ada pula aksi-aksi yang tidak menyenangkan pada saat itu.Â
Orang-orang bertanya Bapak Haji gimana keadaan rumahmu di sana? Ia menjawab dengan santai, rumah saya pasti aman karena dijaga oleh saudara-saudara yang kristen.Â