Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bunga di Pinggir Jalan dan 2 Sudut Pandang tentang Perjalanan Mudik

27 April 2022   18:33 Diperbarui: 27 April 2022   20:05 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan iman itu penuh warna | Dokumen pribadi oleh Ino

"Pesan yang penting dan berarti itu, tidak selamanya datang dari hal besar, tetapi bisa juga datang dari bunga-bunga kecil di pinggir jalan" 

Cerita bunga-bunga di pinggir jalan

Hari ini saya sejenak menikmati jalan kaki mulai dari Stasiun hingga di area sekitar bangunan Masjid di wilayah Mhlberg, Frankfurt. 

Sambil menapaki jalur khusus untuk pejalan kaki, mata terpana pada rona-rona indah bunga kecil di pinggir jalan. Bunga-bunga itu bagaikan bunga pagar, ternyata semuanya tumbuh tanpa ada yang menanam. 

Bunga di pinggir jalan, tumbuh tanpa tuan yang menjaga dan merawat. Tapi anehnya, bunga-bunga itu bisa begitu subur dan tampak segar. Daun-daun yang hijau segar, bahkan mekar kuntum-kuntum kecil ke arah jalan. 

Saya terus menelusuri setapak itu sambil menikmati pemandangan alam pada sisi kirinya. Sambil mengambil beberapa gambar saat berhenti sejenak. Saat itu saya mendengar bisikan gagasan: "Bunga di pinggir jalan saja bisa memberi keindahan apalagi bunga yang ditanam."

Tak hanya itu, ide-ide lepas mulai berkeliaran. Terdengar dalam nada imperatif yang sangat lembut dan halus: Jangan kamu sepelekan apa yang di pinggir jalan dan jangan pula kamu anggap tidak berguna pada apa yang diasosiasikan dengan yang di pinggir jalan!"

Tanya hati kecil saya, mengapa tiba-tiba ada pikiran seperti itu, dalam konteks apakah gagasan ini bisa dibagikan dalam coretan dinding Kompasiana nanti?

Sepanjang 1 kilometer saya bergumul dengan gagasan-gagasan kecil itu, hingga memberi catatan kecil dengan harapan semoga bisa menjadi sebuah tulisan. 

Mungkinkah manusia bisa melihat kebaikan orang lain yang dianggap terpinggirkan? Mungkinkan ada maaf saat sebagian orang lagi ramai mudik saat liburan ini? 

Kemampuan memaafkan orang lain bisa saja muncul karena cara pandang seseorang bahwa dalam diri orang yang bersalah itu ada bunga kebaikan. Sampai pada buah pikiran ini, saya sejenak berhenti dan bersyukur karena menyadari betapa baiknya Tuhan membuka cara pikir saya hari ini.

Saya membayangkan betapa banyaknya orang-orang, yang pada saat yang sama mudik saat ini. Betapa besar pula kemungkinan-kemungkinan yang tidak diharapkan itu terjadi dalam perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun