Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pamer Kesuksesan dan Keseimbangan Jiwa

14 April 2022   03:55 Diperbarui: 14 April 2022   03:57 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang pamer kesuksesan dan keseimbangan jiwa | Dokumen pribadi oleh Ino

Jiwa yang seimbang tidak akan merasakan kepuasan dengan cara memamerkan kesuksesannya.

Keseimbangan jiwa datang ketika seseorang tidak merasakan emosi hati secara berlebihan, yaitu orang tidak melebih-lebihkan keberhasilannya dan juga tidak larut dalam kesedihan ketika mengalami kegagalan. 

Keseimbangan mental itu sendiri berkaitan dengan sikap batin, yang dapat dikendalikan dalam kesadaran. Bahkan poin penting yang perlu disadari manusia umumnya adalah bahwa manusia perlu menjadi individu dengan jiwa yang seimbang.

Mengenal diri sendiri atau juga mengenal persepsi diri dan tidak takut akan apa yang akan terjadi di masa depan merupakan bagian dari bukti bahwa seseorang percaya pada takdir, bahwa semua sudah diatur Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya.

Keseimbangan jiwa dalam ulasan ini bisa juga bersentuhan dengan tema tentang keseimbangan spiritual dalam hubungannya dengan keadilan. Istilah "adil" sebenarnya dipinjam dari kata Arab yang memiliki arti dasar "di tengah" dan "seimbang. 

Ide dasar yang terkandung dalam konsep keadilan adalah "keseimbangan". Ya, keseimbangan sebagai sikap batin yang tidak berlebihan terutama tentang kesuksesan dirinya sendiri.

Kemampuan untuk bersikap adil dan berlaku adil dalam hal ini berkaitan dengan kebijaksanaan. Apa sih kebijaksanaan itu? Secara sederhana, kebijaksanaan adalah kualitas pribadi yang diperoleh melalui pengetahuan yang lengkap dan seimbang tentang suatu hal. 

Saya masih ingat pada tahun 2013 saya punya kesempatan berdiskusi dengan seorang imam pemuka agama Islam di kota Malang. Waktu itu dia memperkenalkan gagasan tentang keseimbangan yang penting dalam kehidupan bersama. 

Referensinya adalah Al-Qur'an 55, 7-9. Menurutnya dasar biblis ini sebagai basis pembicaraan dalam hubungan tematik tentang keadilan, keseimbangan jiwa dan hukum kosmos. 

Dikatakannya bahwa ketiganya bukanlah kontradiksi. Orang-orang hanya dapat didorong untuk menjalankan hukum-hukum ini dengan kejujuran. 

Karena hubungan yang harmonis antara hukum keseimbangan, keadilan, dan hukum alam, setiap kali keadilan dilanggar, selalu ada reaksi keberatan yang datang tidak hanya dari manusia tetapi juga dari alam.

Bagi saya gagasan hubungan antara keadilan, keseimbangan jiwa dan hukum kosmos itu sangat menarik. Dari hubungan ketiganya ini, sebenarnya siapa saja dipanggil untuk menyadari bahwa keseimbangan jiwa pasti berdampak pada keadilan yang bisa dirasakan oleh orang lain dan juga dapat secara natural mempengaruhi alam kehidupan ini.

Nah, pertanyaannya, apakah dengan terjadinya bencana alam itu berarti reaksi protes alam atas ketidakadilan manusia? Bisa saja kan. Paling penting dalam ini, semua orang diajak bahwa apapun tindakan manusia, pasti ada hubungannya dengan orang lain dan dengan alam.

Dari cara berpikir dan perspektif tentang keseimbangan jiwa, sebenarnya, pamer kesuksesan terasa hanya merupakan ungkapan dari ketidakseimbangan jiwa dari seseorang. 

Memamerkan kesuksesan bisa saja merupakan bagian dari kesombongan diri dan pemfokusan pada diri sendiri. Nah, kalau seperti itu, maka sebenarnya orang itu bisa dikategorikan sebagai Al-Ahmaq atau orang dungu. 

Memamerkan kesuksesannya pada batas yang berlebihan, tentu bukan hal baik dalam hal ini. Hal yang baik adalah bahwa orang menyadari kesuksesannya dan bersyukur kepada Tuhan, lalu memberikan sedekah kepada yang membutuhkan dan yang susah. 

Saya yakin kesuksesan itu akan menjadi hal yang sangat mulia dan berguna, jika bisa dinyatakan dengan syukur dan sedekah. Kesuksesan itu bukan untuk dipamerkan, tetapi untuk dimaknai dan disyukur bagi kebahagiaan yang bisa dirasakan orang lain juga.

Salam berbagi, ino, 14.04.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun