Jangan terburu-buru mengambil keputusan permanen, tetapi lihatlah dampak dan reaksi-reaksi yang akan terjadi setelahnya. Peduli pada kemanusiaan lebih penting daripada palu kekuasaan.Â
Bagaikan bola panas polemik pasca pemecatan dokter Terawan terjadi hingga hari ini. Tampak sekali kubu dokter Terawan angkat bicara dan kubu IDI membuka suara dan membeberkan kesalahan-kesalahan dokter Terawan.
Banyak tokoh-tokoh Nasional yang punya pengaruh besar melihat dokter Terawan sebagai aset bangsa. Dokter Terawan adalah satu-satunya anak bangsa yang kreatif dan cerdas dengan uji coba dan teorinya.Â
Vaksin Nusantara bagaimanapun sudah diakui oleh sebagian orang yang memang pernah divaksin dengan vaksin Nusantara, pada sisi yang lain, IDI dan pendukung mulai membeberkan alasan-alasan pemecatan dokter Terawan.Â
Protes tak kunjung henti hari ini. Hotman Paris bangkit bertanya hingga simpulkan bahwa IDI tidak punya bukti tentang kesalahan apa yang dilakukan dokter Terawan. Kalau tidak terbukti, kenapa dipecat? Kalau ada pelanggaran kenapa tidak ada usaha konsolidasi dan rekonsiliasi kedalam.Â
Sebagian orang ada yang mengungkap bahwa dokter Terawan tidak menghadiri panggilan IDI untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. Hal ini karena pemanggilan itu baru terjadi setelah palu pemecatan sudah berbunyi di meja saat sidang Muktamar.Â
Apalagi yang harus dilakukan? Semua sudah final bahkan bisa sia-sia? IDI hingga hari ini bergulat dengan serangan dari berbagai kalangan. IDI dimintai pertanggungjawaban.Â
Bahkan sangat tidak enak bahwa sebagian netizen membongkar dan menghubungkan IDI dengan MUI. Tak hanya itu muncul pula ucapan-ucapan tentang ketua IDI sebagai "kadrun". Rasanya polemik itu semakin tidak waras.Â
Anak bangsa ini kalau marah, tampaknya mereka tidak pisahkan lagi mana urusan privat orang dan mana urusan instansi atau organisasi.Â
Wah semuanya disikat. Semestinya Netizen tetap cerdas, yang perlu dikaji dan ditolong saat ini adalah bagaimana terjadi pemecatan itu dalam kaitannya dengan IDI sebagai organisasi ikatan dokter Indonesia dan bukan soal kepribadian pimpinan IDI.Â
Belum lagi bermunculan tagar #saveterawan. Tagar ini muncul karena ada kecemasan apakah dampak dari pemecatan secara permanen itu mengharuskan dokter Terawan tidak punya hak lagi sebagai dokter untuk melakukan praktek dan aktivitasnya sebagai dokter?Â