Tiada hari seperti hari ini. Hari yang unik sampai saya berkali-kali bertanya pada hari, mengapa hari ini begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Semenjak pagi, terang telah menghimpit rumah dan kota-kota. Cahaya terang yang hangat sejak pagi sampai pukul 17.19 saat goresan ini tertoreh.
Beribu-ribu menapaki jalan-jalan kecil di pesisir Rhein. Sang ayah berlari bersama putri kecilnya, sang putri mendorong kursi roda ibunya. Sang kekasih berpelukan mesra di pesisir sungai.
Semuanya menatap Rhein, air sungai yang mengalir sunyi tanpa riak-riak yang ramai. Gelombang kecil menggulung sunyi bermain bersama burung-burung di atasnya.
Berlawanan arah tampak sang ibu sedang menuntun anaknya mengendarai sepeda kecil. Mereka menikmati senja di pukul 17.26 barusan.
Berhenti....berhentilah sejenak dan tataplah ke langit, "kata sang Hati." Saya berhenti dekat seorang yang sedang menelpon temannya. Dari pesisir sungai itu, saya menatap ke langit.
Di sana terlihat setapak jalan menuju ke bulan. Jalan putih yang terbentuk seperti dari kepulan asap menjulang tinggi dengan tingkat kemiringan jauh dari tegak lurus.
Terlihat tinggal sedikit ia menyentuh sang rembulan. Apakah itu jalan menuju ke bulan? Adakah seseorang sedang mencoba meraih hati Sang Rembulan senja itu?
Bulan tersenyum tersipu-sipu. Deg degan jantung sang rembulan, serasa ada yang hendak mampir di hatinya. Katanya, "mungkinkah jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama?"
Tanya kecil sepasang kekasih terdengar alam saat itu. Ia hanya tersenyum menatap kembali setapak jalan menuju bulan. Ia membisu beberapa saat.
Ia menghembus nafas dengan mata tidak tenang ke kiri dan ke kanan. Nah ya.....kalau ke bulan saja ada jalan, mengapa hari ini tidak menjadi jalan pada sang hati yang damai?
Pada cahayanya, saya menatap jalan kecil itu hingga perlahan senyap di langit. Entah ke mana? Terlihat bulan sekali lagi dari antara dahan-dahan ranggas, sendiri dalam senyum penuh harapan.
Kapan engkau kembali mendekati hatiku ini? Biarkan manusia melukis kata dan gambar tentang perjumpaan kita hari ini. Perjumpaan pertama menyongsong hari kasih sayang.
Kalian hendaknya tahu, betapa jauh jarak antara kita? Di langit yang tinggi dan kamu di bumi dekat Rhein. Wow saya hanya bisa menatapmu dari celah-celah dahan ranggas di pinggir sana.
Sekali lagi ini cuma titipan kata dari sang hati, "Sekalipun dunia kita berbeda, ternyata ada jalan ke bulan, percayakah kamu bahwa suatu waktu kita berjumpa di langit biru?"
Saya menunggu percikan cahayamu di hari yang akan datang.
Katakan bahwa hidup itu terus berjalan, dan hari-harimu terus berubah saat kamu bisa menikmati perjumpaan dengan alam. Hari ini Pencipta berbicara melalui banyak cara dan kamu telah menemukannya dalam detail cerita dan kisahmu sendiri.
Gambar, kata dan cinta yang terpancar itu bagaikan jalan-jalan menuju ke bulan. Hidup itu berarti jika ada kata yang mengubah hari-harimu jadi bahagia.
Valentine adalah hari istimewa kita, ketika cinta yang jauh di bulan menemukan jalan turun ke bumi menjumpai manusia. Dari kasih sayang itu, hatimu bergetar menemukan setiap pesona dari seluruh sesi hidupmu sekarang.
Jangan lupa katakan ini: Sembuh....sembuh....bahagia....bahagia.....damai.....cinta.....hidupku berarti dan indah.
Salam berbagi, ino, 14. 02.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H