Terkait pertanyaan bagaimana memperoleh data dengan cepat dan memiliki akurasi tingkat tinggi itulah, tenaga pers punya selera dan gairah (Leidenschaft) yang mesti dimiliki seperti harus punya jam terbang tinggi.Â
Jam terbang tinggi yang saya maksudkan adalah orang harus suka bepergian, namun deadline yang tidak pernah kompromi.Â
Jiwa suka pergi dan turun ke lapangan(turla)Â
Jiwa suka pergi dan turla merupakan modal dasar yang mesti dimiliki oleh seorang wartawan media di era metaverse ini. Tujuan dari turla adalah untuk mencapai komitmen akurasi data dan informasi yang benar dan juga sajian informasi yang cepat dan tepat.Â
Oleh karena itu, pers saat ini tidak bisa pakai sistem dan jasa delegasi. Misalnya karena alasan jauh, maka sebagai wartawan dia bisa seenaknya saja menghubungi teman atau orang yang dia kenal di tempat kejadian perkara (TKP) untuk proses pengambilan data.Â
Proses delegasi sebenarnya bisa saja dilakukan kalau proses itu terjadi di dalam satu jaringan yang sama melalui tenaga wartawan yang berada di TKP. Hal terkait delegasi itu tidak bisa dipaksakan, tetapi selalu atas dasar kepercayaan dengan dasar kualifikasi yang dapat diandalkan (Zuverlässig).Â
Tidak heran pers yang terkenal aktual dan cepat itu punya wartawan yang banyak hampir di setiap daerah dan kabupaten. Penempatan itu bertujuan untuk memperoleh informasi aktual dari mana saja dengan akurasi data yang dapat dipercaya.Â
Akurasi kata dan gambar
Akurasi diksi dan gambar itu sangat penting. Sekalipun saya bukan seorang wartawan, namun setiap kali membaca tulisan berupa laporan berita dari wartawan terlihat sekali bahwa mereka mempertimbangkan soal akurasi kata dan gambar.
Akurasi dalam hal ini berkaitan kecermatan memilih kata dan gambar. Nah, seorang jurnalis tentu harus punya kemampuan dalam membuat pilihan kata yang tepat dan gambar yang sesuai dengan peristiwa atau gambar yang betul-betul mewakili laporannya.
Akurasi tingkat tinggi baik itu terkait pilihan kata, maupun gambar tentu berdampak pada kualitas dari media itu sendiri. Suatu media berkualitas karena mempertimbangkan dampak sosial dari pilihan kata dan gambar yang tidak tempat atau bahkan apabila ada manipulasi gambar.