Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ada 4 Proses Pengolahan Diri Menjadi Pendamping Orang Sakit

1 Februari 2022   04:10 Diperbarui: 1 Februari 2022   21:45 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 4 proses pengolahan diri menjadi pendamping orang sakit | Dokumen pribadi oleh Ino

"Rasakan arti dari setiap perjumpaan dengan yang lain, di sana ada getaran dan resonansi yang memperkaya batin dan hidup."

Tema tentang menjadi pendamping orang sakit di Eropa umumnya dan di Jerman khususnya adalah tema besar yang sudah ditawarkan secara formal di universitas dan juga dalam seminar-seminar lainnya. Tema penting itu berkaitan dengan sikap dasar dan kepedulian pada aspek kemanusiaan yang kompleks.

Kenyataan penting terkait tema mendampingi orang sakit itu bisa dilihat dari sisi sejarah, maupun dari sisi keterlibatan orang-orang di dalam perawatan dan pendampingan orang sakit, tetapi dengan aksen yang khas yakni terlepas dari unsur religiusitas seseorang. Pilihan menjadi pendampingan orang sakit itu karena kemanusiaan dan bukan pertama-tama karena unsur agama.

Kenyataan itu saya rasakan dalam 5 hari kursus itu. Ada beberapa bentuk proses pengolahan diri yang merujuk kepada kualifikasi sebagai pendamping orang sakit:

1. Menulis biografi dan pengenalan diri

Sejak hari pertama, tema biografi sudah mulai terasa sebagai tema dasar yang membawa orang kepada pengenalan diri. Namun, konteks pengenalan diri dalam kaitan dengan tema menjadi pendamping orang sakit sebetulnya dimaksudkan agar siapa saja yang punya pilihan menjadi pendamping orang sakit hendaknya punya kualitas diri seperti berikut ini: 

  • Menyadari hubungan antara nama dan tugas panggilan 

Sebenarnya saya sangat terkejut sekali saat diberikan tugas untuk memberikan definisi nama pribadi. Ya sebuah nama yang punya hubungannya dengan tema Seelsorge tentu tidaklah mudah. 

Saya masih ingat pada saat itu, saya hanya bisa menulis satu huruf dari nama saya. Huruf (I) sama dengan interesse an Menschen atau saya punya kesukaan, kepedulian pada manusia. 

Nah, ternyata untuk menemukan semua arti nama dengan asosiasi yang positif dan merujuk pada tema Seelsorge dan spiritualitas bukanlah hal yang mudah. Meskipun demikian, waktu dan proses kursus itu ternyata secara bertahap membawa kami untuk semakin memahami lebih dalam lagi tentang spiritualitas. 

Awalnya saya merasakan begitu sulit menemukan asosiasi positif terkait tema, namun ketika dibahas secara bersama pikiran saya dibuka dengan sendirinya karena asosiasi nama dari peserta lainnya. 

  • Keterbukaan pada yang lain

Pada saat itu saya menyadari betapa pentingnya sebuah keterbukaan pada yang lain (Offenheit). Ya, seakan-akan seperti ini bisa diformulasikan, "sebenarnya terlalu berat jika seseorang tertutup hanya melihat dirinya sendiri, dan sebaliknya betapa indah dan mudahnya jika seseorang mau terbuka untuk belajar dari orang lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun