Rupanya secara psikologis mereka juga senang karena saya sesekali menggunakan bahasa khas mereka. Satu istilah yang saya pelajar misalnya schnakel. Dalam bentuk perfeknya menjadi ich habe es gesnakelt yang berarti saya sudah mengerti itu.
Pada saat-saat tertentu ketika saya diminta memberikan komentar atau sharing, kadang saya menggunakan kata itu dan menariknya mereka tertawa dan begitu senang. Ya riuh sukacita di siang yang dibalut kabut menjadi sungguh menyenangkan karena humor istilah-istilah itu.
Ternyata, menyebut kata-kata khas mereka adalah juga bagian dari cara untuk mengakrabkan diri kita dengan mereka. Dari pengalaman kecil itulah, dinamika kelompok selalu menjadi kesempatan seru, karena selalu saja ada istilah-istilah baru khas dari daerah Bayern Munchen.
Bahasa itu punya kekuatan untuk mendekatkan diri. Kalau mau akrab dengan orang, maka harus belajar bahasa khasnya. Sebuah kata, akhirnya berubah menjadi penerimaan.
4. Rekreasi bersama sambil menonton film inspirasi
Kesempatan yang tidak bisa dilupakan bahwa pada malam hari ini mereka mengajak saya untuk menikmati makan ringan sambil menikmati anggur khas tempat itu, dan juga makanan ringan lainnya. Malam pertama, kami disuguhkan dengan sebuah film yang indah dan menginspirasi.
Film yang bisa menimbulkan banyak interpretasi terkait kekuatan dari "ada untuk yang lain " (Da zu sein). Ternyata tidak selamanya baik, jika berada bersama orang lain terkhusus mereka yang sakit itu dengan banyak kata-kata.Â
Kisah seorang perempuan yang duduk di tengah museum di USA selama 8 jam setiap hari, ternyata menuai kunjungan ribuan orang dari seluruh dunia. Ia hanya duduk di atas kursi cuma seperti seorang seniman, yang kadang tertunduk dan mengangkat muka lalu menatap kepada setiap orang yang datang silih berganti duduk menatapnya.
Anehnya, reaksi dari pengunjung begitu menakjubkan, ada yang tersenyum, ada yang marah, ada yang menangis, bahkan ada yang mau menelanjangi dirinya di hadapan perempuan itu. Akhir dari 8 jam duduk di tengah museum itu, ia duduk sambil bersujud di bawah meja, entahlah apa artinya.
Ia tidak pernah mengatakan sepatah katapun. Terasa entah mistik, entah seni, entah eksplorasi dari dimensi kemanusian secara kompleks, entahlah, mungkin lebih tepat disebut sebagai sebuah rahasia (Geheimnis).Â
Saya menangkapnya bahwa seorang Seelsorge itu tidak harus dan tidak perlu banyak berkata-kata. Tatapan mata yang dalam tanpa benci, sama seperti sebuah rangkulan penuh kasih sayang.