"Yang terukur" atau "angemessen" hanya bisa dirasakan kalau orang tahu dampak dari pilihan dan keputusan dalam tegangan antara dunia nyata dan dunia digital. Kemampuan hati dan pikiran anak bangsa ini untuk mencerna setiap retakan dari perjumpaan bebas dunia nyata dan dunia digital sangat menentukan bagaimana adanya sebagai manusia.
Oleh karena itu, nilai-nilai luhur Pancasila dan nilai-nilai budaya bangsa kita perlu menjadi pilihan dan rujukan dalam kurikulum prototipe, agar adanya keseimbangan antara hati dan pikiran, antara yang dipelajari secara formal dan yang diterima secara informal dalam keseharian.Â
Keseimbangan nilai-nilai itu akan memengaruhi keseimbangan hidup yang dibentuk oleh karena keseimbangan hati dan pikiran sehingga berdampak pada keseimbangan dalam menghadapi tantangan dunia nyata dan dunia digital (Metaverse).
Demikian ulasan tentang hubungan kurikulum prototipe dan Pancasila di tengah era Metaverse, era perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital. Kurikulum prototipe hendaknya merujuk pada nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai budaya. Rujukan itu bermaksud agar target keseimbangan dan keterukuran hidup di tengah dunia metaverse saat ini tercapai.Â
Dinamika perjumpaan dan perubahan terjadi setiap waktu, tapi bagaimana dasar yang menjadi anak bangsa ini tetap seimbang menghadapinya? Orientasi pada dasar negara dan budaya akan menjadi pilihan yang menjanjikan masa depan bangsa ini. Bagaimanapun juga tulisan ini merupakan percikan gagasan pribadi yang cuma menyoroti aspek-aspek tertentu saja. Tentu masih ada banyak hubungan lain yang bisa diulas dalam kaitan dengan kurikulum pilihan anak bangsa saat ini.
Salam berbagi, ino, 3.1.2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H