Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ada 3 Konteks Hubungan Kurikulum Prototipe dan Pancasila di Tengah Era Metaverse

3 Januari 2022   23:29 Diperbarui: 8 Januari 2022   07:42 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk kurikulum prototipe dan rujukan pada pluralitas budaya | Dokumentasi pribadi oleh Mien Ndari.

Terasa saat ini tokoh agama saling memerangi tokoh agama melalui pencerahan yang masif dirasakan. Namun, tetap saja semua pemandangan itu tidak elok untuk generasi muda, seakan-akan ada musuh di dalam selimut.

Oleh karena konteks seperti itu, maka kurikulum prototipe sebagai satu alternatif kurikulum yang memberikan ruang kepada pendidikan nilai-nilai dan penguatan karakter anak bangsa terasa sangat penting dan mendesak.

3. Konteks ketidakpastian perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital (Metaverse)

Dunia kehidupan manusia saat ini di mana saja berhadapan dengan dunia berdimensi ganda, dimensi yang nyata di satu sisi dan dimensi dari dunia digital pada sisi lainnya.  Dunia dengan dimensi ganda ini merujuk pada dua kata yang penting yakni perjumpaan (Begegnung) dan keseimbangan (Balancieren). 

Perjumpaan antara dunia nyata dan dunia digital bisa saja terjadi tanpa ada keseimbangan. Bisa saja orang lebih menyukai dunia digital daripada dunia nyata.

Meskipun demikian, sebagian orang masih cukup sering mengatakan bahwa, "dunia digital itu masih jauh dari hidup saya." Ada begitu banyak orang yang semakin curiga dengan kehadiran wajah dunia digital.

Dunia digital dianggap sebagai dunia promosi diri, dunia yang tidak mengindahkan privasi, dunia yang telanjang dan dunia yang vulgar. Tapi juga tidak sedikit orang yang memilih hidup realistis, mendarat tanpa banyak tersentuh pengaruh digitalisasi. 

Tapi ada juga yang mulai ragu-ragu karena menyadari ketertinggalan dirinya sebagai akibat minimnya kemampuan adaptasi dari ketenangan hidup di tengah dunia tanpa digital dan pemisahan serius darinya.

Ya, dinamika dimensi dunia nyata dan digital sudah pasti tidak bisa dihindari manusia saat ini. Manusia mau tidak mau hidup dalam kontaminasi teknologi komunikasi yang tanpa batas. Dan dunia nyata sungguh tidak bisa dipisahkan dari dunia digital.

Metaverse adalah kenyataan dunia kita saat ini. Kenyataan yang membuka ruang diskursus tentang bagaimana kita hidup di tengah dunia dengan konteks perjumpaan antara yang nyata dan digital ini.

Saya yakin bahwa perjumpaan dunia nyata dan digital tidak bisa dihindari dan hal yang penting dalam perjumpaan tak terhindarkan itu adalah orang perlu memikirkan tentang keseimbangan hidup dan keterukuran penyesuaian diri manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun