Langkah Senja senyap menyepi ke Barat, semakin tenggelam semakin memesona. Kau acungkan tangan melambai pergi sang Senja. Ingin menatapnya lebih lama pada saat-saat terakhir.
Perginya tidak tertunda dan tiada yang bisa menunda. Senja pasti pergi mesti lambaian tangan melepas energi sekian kalori. Â Kalau kau benar cinta katakan tunggu aku dan jangan pergi.
Kau tatap cahaya wajahnya penuh harapan, "tolonglah jangan tinggalkan aku sore ini." Masih ada Senja di sana. Senja yang hadir berulang dengan aneka wajah.
Wajah tersembunyi dalam balutan bercak-bercak awan diterobosnya dengan sunyi.....untuk menjumpai dia yang sedang melambai di pesisir tebing.
Senja terakhir dalam tulisan di tahun ini. Dengan wajah pasrah di pesisir tebing terdengar suara "masih ada senja tahun depan nanti."
Kata-kata terakhir dalam Kaleidoskop 2021. Sejenak diam....tenang dan menarik nafas melepas segala ambisi.....biar semuanya kosong dan sepi.
Aku ingin menatap dan menulis cerita tentang perginya Senja yang mengundurkan diri, menyembunyikan diri....masuk dalam kedalaman rahasia sunyi rahim bumi.
Senja....tolong katakan pada ibu bumi....singkirkan murkamu, basuhlah amarahmu dan tumbuhkan maaf bagi penghuni bumi ini. Kutitipkan halaman terakhir Kaleidoskop riwayat tulisanku dengan salamku pada ibu bumi:
"Damai di bumi kepada orang-orang yang berkenan kepada-Nya."
Senja....katakan padaku, apa kata ibu pada saat-saat terakhir dari tahun ini.
Salam berbagi, ino, 29.12.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H