Nah, betapa indahnya suasana hidup kita, jika kita saling menghargai, saling menaruh dukungan dan hormat, bahkan jika kita saling mendoakan dan bergandengan tangan.
Indonesia membutuhkan suasana persaudaraan. Suatu suasana yang dibentuk dari kesadaran bahwa kita semua adalah saudara.Â
Keindahan iklim persaudaraan di Frankfurt tentu sangat kuat dipengaruhi oleh kehadiran Bapak Konsul Jenderal, Bapak Acep yang punya kesediaan lebih mengunjungi semua komunitas orang-orang Indonesia di Frankfurt dan sekitarnya.
Kehadiran, sapaan dan ajakannya untuk melawan covid19, toleransi dan persaudaraan telah membentuk suatu narasi baru tentang betapa indahnya hidup sebagai saudara di Jerman.
Kunjungan persaudaraanÂ
Natal bersama bagi umat Kristen di Jerman tahun ini dialami secara berbeda-beda. Sebagai orang Indonesia yang merayakan Natal di Frankfurt, Natal bersama terasa justru lebih meriah dari biasanya, ya, Natal sebagai momen kunjungan dan perjumpaan persaudaraan.
Fokus dan perhatian umat yang hadir bukan lagi pada acara ramah tamah dan makan-makan, tetapi sungguh-sungguh pada momen perayaan imannya. Ya, kondisi pandemi yang menggeser perhatian umat seperti itu.
Urusan makan minum sebagaimana sebelum pandemi  sudah bukan lagi hal yang utama. Konsentrasi saat ini adalah bagaimana bisa hadir untuk merayakan perayaan Natal itu di Gereja dan merenungkan pesan damai dan persaudaraan.
Pergeseran ini tentu sangat positif, karena Kerajaan surga itu bukan soal makan dan minum, tetapi soal sukacita dan damai. Bagi kami umat Kristen secara khusus Masyarakat Katolik Indonesia di Frankfurt dan sekitar (MKIF) kemarin merupakan momen penuh cerita tentang persaudaraan dan kedalaman iman di tengah krisis ini.
Perayaan Natal yang dihadiri oleh sekitar sembilan puluh orang dengan desain musik bercorak budaya Indonesia oleh Bapak Poltak Silaban telah mengubah suasana batin kami semua.