Malam untuk bersatu di rumah bersama keluarga dan teman-teman, malam yang tidak biasa di kotaku. Malam sunyi tanpa banyak pengunjung di jalanan.
Malam itu terlihat berdua melampaui titik-titik putih melampaui jalanan. Bergandengan tangan menelusuri kota di depan sebuah toko Cogito ergo sum.
"Aku berpikir maka, aku ada", malam itu begitu sunyi, hanya ada pengandaian liar bersama nalar-nalar kecil: Â Aku ingin mengabadikan momen ini, mungkin malam ini jadi kenangan tentang mereka berdua yang bersatu.
Mereka pernah berdiri menatap Tanen Baum kemudian berjalan lalu dalam sunyi tanpa kata pujian apa pun. Dengan tertuduk keduanya berjalan melintas pada tapak-tapak sunyi kota itu.
Mereka terlihat akrab berdua sendiri. Kesunyian dan kesendirian yang tidak biasa terjadi. Mengapa semua ini bisa seperti itu?
Malam pun berubah, tidak lagi seperti malam-malam pada tahun-tahun sebelumnya. Malam ini dihimpit ketakutan dalam kecaman Omicron yang tak berwajah.
Bagiku malam ini adalah malam penuh doa. Malam saat pertama melihat kepulan asap gunung Semeru. Malam tidak enak karena dihimpit haru tak terbayang debu panas dan lahar-lahar gunung meleleh ke lereng dan perkampungan.
Omicron dan Semeru mengapa kalian tidak ramah menyapa kebebasan kaumku? Kami ingin hidup dalam kebebasan. Kami ingin menyaksikan dan mengalami suatu malam bersama teman-teman di jalanan.
Malam penuh bahagia saat melihat bulan melintas di atas puncak gunung Semeru. Masih adakah waktu untuk keindahan seperti itu yang bisa dinikmati manusia saat ini?
Wajah bumi seperti tiada henti mengeluarkan bara emosi, perut dan nafasnya menghembuskan panas yang membawa luka dan kebakaran.
Oh manusia waspadalah di setiap waktumu. Nikmatilah waktu di rumah, di jalan saat bepergian. Jika sendirian, jangan lupa beri kabar pada teman dan keluargamu.
Kita terpisah-pisah, kita berdua, tetapi kita bersatu. Mari kita bergandengan tangan saling membantu untuk saudara-saudara kita yang terdampak di lereng Semeru.
Mereka tidak lagi punya waktu untuk melihat malam dengan hiasan lampu-lampu. Mereka punya satu-satunya kerinduan bahwa kamulah pengubah malam kesedihan mereka hingga jadi siang yang menghibur.
Salam berbagi, ino, 6.12.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H