Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Ada Kata Terakhir untuk Bens Leo

30 November 2021   16:06 Diperbarui: 30 November 2021   16:13 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Bens Leo, sapaan akrab yang terdengar gemanya saat ia sendiri melangkah ke titik terakhir menuju singgasana musik abadi. Kepergianmu meninggalkan jejak saksi tiada akhir.

Saksi cinta pada musik tanah air hingga akhir hayat membara dalam dadamu. Sejati cinta musik nyata di mata kawula muda pecinta musik Indonesia.

Kritis membimbing hingga mekar kuntum-kuntum baru hingga ternama seperti Armand Maulana menjadi penyanyi profesional Indonesia.

Mas Bens kepergianmu membawa duka pada sang istri terkasih Pauline Endang. Duka yang mengagumkan saat sang istri mengatakan ia tidak sendiri, tetapi bersama teman-temanmu.

Jejak hidupmu begitu kuat membekas dalam kalbu anak-anak bangsa. Kata dan penilaianmu meresap dalam sanubari mereka.

Kepergianmu adalah duka bagi bangsa Indonesia. Kehilangan sekaligus penantian, apakah ada Mas Bens yang akan lahir setelah ini nanti?

Mas Bens kiprahmu tetap unik dan beda pada masamu. Keunikan yang dibangun dengan nada-nada harmonis penilaianmu, hingga hari ini gema itu terdengar syahdu.

Kematian yang istimewa, saat Mas Bens sudah tiada, kenangan tentangmu bangkit bercerita. Namamu disebut di mana-mana. Disebut dengan haru dan rindu ingin agar hari hidupmu masih tersisa.

Ingin menyisakan kenangan-kenangan, namun semua melampaui rindu dan keinginan manusia. Dia punya cinta yang dahsyat agar Mas Bens menjadi kritikus musik di istanaNya.

Musik yang tidak membawa semburan nada-nada gila yang menghipnotis rasa dan naluri manusia, tetapi sebuah nyanyian sunyi yang mengubah hati.

Nada-nadamu sekarang menjadi sempurna dalam kebakaan bersama Sang Kritikus Musik Sejati dalam singgasanaNya. Bersama Dia, tiada lagi nada fals, di sana cuma harmoni tanpa batas.

Mas Bens, masih adakah kata yang Mas Bens tinggalkan untuk anak-anak Indonesia sekarang? Akankah kritikus musik Indonesia, menilai tanpa merendahkan? 

Titipkan sebait doa untuk generasi muda Indonesia agar mereka semakin mencintai musik tanah air dengan cinta dan semangat kesatuan di tengah keberagaman.

Tak ada kata terakhir untukmu Mas Bens Leo, yang ada cuma nada sambung dari waktu ke waktu untukmu dan Indonesia tercinta. Jadilah harmoni nada-nada hidup tanpa ada kata akhir.

Salam berbagi, ino, 30.11.2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun