Bisa juga terjadi hal seperti ini, petani di desa belum mengenal apa namanya Apps. Nah, kehadiran orang-orang  yang terkena dampak "The Big Quit" bisa menjadi momen baru untuk memperkenalkan teknologi komunikasi yang bisa mengubah sistem penjualan petani milenial di desa yang selama ini mungkin hanya bisa menghubungi pembeli via telepon, ke sistem baru penjualan online atau bahkan dengan menggunakan app tertentu atau bisa melalui website.Â
Kemungkinan kolaborasi itu semakin besar jika petani desa punya fleksibilitas dan kreativitas atau bahkan secara informal masuk  ke dalam ongoing formation sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
Pendidikan lanjut secara informal melalui proses sharing pengalaman maupun secara formal dengan mengikuti kursus-kursus tentu sangat membantu petani milenial untuk semakin maju dalam meningkatkan usaha mereka.
Kapan bisa dilaksanakan? Tentu perlu adanya kerjasama dengan pihak pemerintah untuk mendukung para petani di desa-desa sehingga memberikan peluang baru untuk mengikuti kemajuan zaman ini.
Demikian beberapa pokok pikiran, konteks pasca pandemi yang melahirkan "The Big Quit" pada satu sisi dan juga munculnya petani milenial yang belum cukup jelas seperti apa wajah petani milenial itu sendiri. Kerjasama antara orang-orang yang terkena PHK dan petani di desa-desa bisa menjadi satu peluang dan masa depan tanpa harus terlalu khusuk memikirkan dilema karena perubahan cuaca yang semakin tidak pasti. Dukungan pemerintah untuk menjembatani dua kelompok ini tentu supaya saling berbagi dalam sharing keseharian yang saling melengkapi merupakan solusi yang bisa mengubah keadaan krisis.Â
Salam berbagi, ino, 6.11.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H