Konteks pluralitas akan menjadi semakin memperkaya hidup bangsa ini, jika semangat untuk saling belajar dan saling menghormati itu tumbuh subur, bahkan kehidupan dan kerukunan di tengah pluralitas akan mencapai puncaknya.
Pengantar
Tulisan ini tidak lebih daripada sebuah ulasan kecil tentang perempuan dengan rujukan utama pada surat Apostolik Amoris laetitia" atau Kegembiraan cinta. Sebenarnya terlalu berlebihan kalau dikatakan bahwa surat Apostolik Paus Fransiskus Amoris laetitia (AL)" itu berbicara secara khusus tentang perempuan.Â
Kenyataan menunjukan bahwa surat Apostolik itu cuma menyebut perempuan empat kali. Meskipun demikian, setelah saya membaca surat Apostolik AL itu terasa bahwa perempuan memang seperti dibungkus dalam desain gagasan surat Apostolik AL itu.Â
Oleh karena adanya perspektif tersembunyi tentang perempuan dalam surat Apostolik itu, maka saya sendiri termotivasi untuk coba berusaha dalam semangat Effata" atau "membuka" - memperlihatkan tabir pemahaman tentang perempuan secara tidak langsung dari AL.
Oleh karena itu, tulisan ini juga merupakan usaha mengungkapkan hubungan antara kegembiraan cinta dan perempuan. Pertanyaan mendasar yang bisa diajukan di sini adalah: Bagaimana konsep AL tentang perempuan itu sendiri? Mengapa perempuan dibahas dalam kaitannya dengan cinta dan kegembiraan? Bagaimana peran perempuan dalam Gereja dari percikan AL?
Tiga pertanyaan itu akan dijawab dalam tulisan ini. Tentu bahwa jawaban itu merujuk pada sumber utama AL itu sendiri dan sumber spiritual (Spiritual Resource) lainnya yang memiliki hubungan tematis terkait perempuan.
Gambaran umum tentang Amoris laetitia
Secara singkat surat Apostolik Amoris laetitia" (AL) berisikan pendahuluan dan sembilan bab.Â
Ada tiga bagian yang bisa disebut sebagai bagian penting dalam kaitan dengan tema perempuan, yakni pertama bab keempat berisikan tentang cinta dalam pernikahan; kedua, bab keenam berupa beberapa perspektif pastoral; ketiga adalah bab kesembilan yang berisikan tentang spiritualitas dalam pernikahan dan keluarga.
Tiga tiga bagian yang disebutkan itu, jelas terlihat bahwa surat Apostolik itu sendiri mengungkapkan batas dari harapan Gereja umumnya bahwa Paus Fransiskus harus menjawab semua pertanyaan yang terkait dengan pernikahan, keluarga dan bahkan tentang perempuan.Â