Kemiri bisa hidup dengan suhu berkisar antara 13-30 derajat Celsius. Artinya bahwa pohon kemiri cukup memiliki kemampuan adaptasi dengan suhu panas atau di daerah tropis.Â
Teringat pengalaman masa Sekolah Dasar (SD), di tahun 1989 saya pernah menanam pohon kemiri satu kebun bersama kakak saya. Ya, saat ini telah menjadi tempat yang teduh dan menyenangkan.
Pilihan praktis untuk mendukung Net-Zero Emissions harus disertai dengan komitmen nyata melalui langkah-langkah kecil seperti menanam pohon-pohon hijau.
Mengapa pohon kemiri sebagai tanaman pilihan terkait tema Net-Zero Emissions?
Pohon kemiri memberikan warna yang ramah dengan alam dan lingkungan kehidupan. Bisa hidup pada musim panas berarti juga sudah memberikan perlindungan kepada bahan-bahan yang bisa berdampak langsung pada penyemburan emisi.
Selain itu fungsi ganda dari pilihan menanam pohon kemiri adalah manfaat praktis bagi kesehatan tubuh manusia. Di Pulau Jawa misalnya, kulit pohon kemiri dipakai sebagai obat diare. Sementara itu di Jepang, kulit kemiri bisa dimanfaat untuk mengobati orang yang menderita tumor.Â
Di Malaysia, daun kemiri bisa digunakan sebagai obat sakit kepala, demam, bisul, bengkak pada persendian dan kencing nanah. Uniknya lagi di Hawai, bunga dan getah segar kemiri yang baru saja disadap dapat digunakan untuk mengobati sariawan pada anak-anak.
Biji kemiri sendiri sebenarnya bisa dipakai sebagai pengganti sabun. Lebih dari itu, minyak kemiri sudah dijual secara luas dengan kualitas tinggi untuk kepentingan kosmetik.Â
Nah, ternyata pohon kemiri bisa ditanam di sejumlah lahan dengan fungsi sebagai tanaman penahan angin, penaung, stabilisator tanah dan pengisi lahan-lahan tandus. Tentu fungsi-fungsi inilah yang bisa dirasakan secara langsung untuk mengurangi emisi.
Fungsi kemiri sebagai tumbuhan penaung itu sangat berguna untuk melindungi terjadinya pemancaran atau emisi elektron dari suatu benda padat atau cair. Karena itu, menanam pohon kemiri mestinya menjadi pilihan bersama saat ini.
Mengapa demikian?Â
Cary Fowler menulis,Â
"tidak mungkin berbicara tentang memperlambat perubahan iklim tanpa berbicara tentang pengurangan emisi CO2. Sama halnya, tidak mungkin untuk berbicara tentang beradaptasi dengan perubahan iklim tanpa mempertimbangkan bagaimana kita akan memberi makan diri kita sendiri. Dan tidak mungkin kita bisa mengadaptasi pertanian tanpa melestarikan keanekaragaman tanaman."Â