Tentu dari kenyataan-kenyataan itu sebetulnya memperjelas hal yang penting bahwa hidup itu tidak ada yang sempurna atau bahwa tidak ada satu manusiapun yang sempurna, no body is perfect.
Dari situlah perspektif tentang hidup terbentuk bahwa hidup itu ibarat seseorang ada dalam lingkup pertandingan, ya sebuah permainan yang membutuhkan ketenangan, kesabaran, ketelitian dan juga respek pada orang lain.
3. Orang muda menyukai  keberagaman
Gagasan tentang hidup tidak hanya cukup dengan perjalanan dan sebuah permainan, ternyata hari-hari perjumpaan kami masih saja memberikan inspirasi berantai tentang hidup itu sendiri. Hidup itu menarik karena adanya perbedaan.
Konsep tentang hidup yang bisa dipelajari dari dunia kehidupan orang muda ditemukan secara sangat sederhana justru pada saat makan. Pada waktu itu kami berada dalam satu ruangan dengan bentuk yang memanjang.Â
Semua asik menikmati pizza dengan warna, rasa dan adonan yang berbeda-beda. Nah, itulah keindahannya, bukan karena cuma satu rasa, satu adonan dan satu warna, tetapi karena ada keberagaman di dalamnya.
Generasi muda Indonesia sebaiknya menyadari kekayaan dirinya yang tumbuh dalam mentalitas anti eksklusivisme. Tampak dari selera makan pizza sebenarnya ada dimensi yang terpendam bahwa di sana mereka adalah wakil dari generasi baru yang hidup dalam konsep mencintai pluralitas (vielfalt).
Hidup itu tidak hanya milik satu orang, tidak hanya ada satu warna, tidak hanya ada satu bahasa, suku, agama, tetapi di sana ada perbedaan demi perbedaan yang setiap waktu selalu saja ada bedanya dan sekaligus memberikan nilai lebih lainnya.
4. Orang muda itu menyukai kekayaan dimensi cahaya
Sungguh tidak menyangka bahwa dari orang muda itulah saya sendiri belajar mengenal apa artinya hidup itu. Ya, mereka telah memperkaya perspektif tentang hidup diri sendiri dan hidup umumnya.Â
Saya masih ingat, malam itu sekitar pukul 21.00 malam. Semua peserta diminta bergerak menuju halaman depan rumah penginapan. Oh ternyata, di sana telah disediakan tempat khusus berupa api unggun.Â