3. Peserta jarang aktif bertanya, bahkan kadang mengantuk saja
Pengalaman pertama memberikan seminar dengan presentasi yang monoton baca teks saja lalu terakhir beri kesempatan untuk sesi pertanyaan.
Saya masih ingat bahwa saya pernah jadi minder hanya karena tidak reaksi apa-apa dari peserta ketika saya bertanya, apakah ada pertanyaan. Saya mengerti bahwa mereka sama sekali tidak mengerti.
Saya benar-benar merasakan metode klasik presentasi sungguh membosankan dan tidak efektif membawa peserta untuk mencerna materi dengan baik.
4. Terkesan terlalu ilmiah, sehingga dengan begitu mudah melupakan wilayah praktis dan aktual sehari-hari
Saya pernah merasakan kebanggaan yang konyol. Saya sendiri merasa puas karena bisa menyiapkan sebuah bahan seminar untuk dipresentasikan kepada para undangan dengan standar ilmiah.
Di sana ada kutipan, catatan kaki (fussnote) dan referensi lainnya yang begitu lengkap, mulai dari struktur yang umumnya seperti teks sebuah skripsi.
Ya, itu adalah kebanggaan semu, cuma untuk diri sendiri, yang sama sekali tidak berdampak apa-apa untuk peserta atau orang lain. Memang orang lain atau peserta akan kagum bahwa pemberi seperti itu adalah orang hebat, pintar dan cerdas, namun sebetulnya tidak berdampak apa-apa.
Saya akhirnya menyadari, dalam forum seminar dengan presentasi itu sebenarnya saya tidak mencari diri, tetapi saya membawa pesan tertentu kepada orang lain, supaya orang mengerti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam suatu permenungan pribadi saya akhirnya berniat untuk melakukan sekali lagi seminar, namun dengan metode yang berbeda. Metode yang pernah saya lakukan beberapa seminar betul sebagai eksperimen dan alhasil saya yakin metode presentasi itu efektif dan menarik.
Pertanyaannya seperti apa metode yang pernah saya terapkan itu? Ya, pada judul dan bagian awal saya sudah menyebutkan metode PIDMAI.Â