Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Rahasia Video Call Sambung Empat bersama Keluarga

9 Juli 2021   11:31 Diperbarui: 10 Juli 2021   06:53 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang Video call sambung tiga atau lebih dengan keluarga sebagai obat pereda kecemasan | Dokumen diambil dari: tekno.kompas.com

Kata yang tertulis, wajah yang terlihat, suara yang terdengar, doa yang terucap itulah kepastian bahwa kita masih hidup. Mengapa perlu cemas?

Tingkat kecemasan manusia sangat bergantung pada situasi apa yang sedang dihadapi saat ini. Semakin sulit orang menemukan solusi terhadap suatu persoalan, maka semakin besar kecemasan yang akan mendera hati dan pikirannya. 

Konteks krisis covid19 di Indonesia saat ini sudah pasti mendatangkan kecemasan semua orang, apalagi bagi anggota keluarga yang oleh karena tugas dan pekerjaan tertentu, mereka harus terpisah jauh satu dengan yang lainnya.

Tentu dari krisis itu selalu saja ada hal baru yang ditemukan. Tidak heran dari asal kata Yunani kata krisis itu berkaitan dengan keputusan baru.

Di tengah krisis covid ini, sudah sejak awal begitu banyak orang telah mencoba membangun jembatan hubungan dan komunikasi online. Ya, sebuah jembatan yang melintasi ruang fisik dan melampaui segala benua dan belahan bumi.

Berangkat dari pengalaman keluarga sendiri yang tersebar di beberapa tempat berbeda seperti di Kalimantan, Malaysia, Jakarta, Flores dan Jerman, kami punya kecemasan yang sama. Saya yang jauh cemas dengan keadaan mereka, demikian juga mereka cemas dengan keadaan saya.

Oleh kecemasan itulah, maka sangat sering saya mendengar pertanyaan dari keluarga saya seperti kapan libur atau kapan pulang kampung. 

Kami sendiri bahkan tidak pernah menyadari dengan cara apa untuk mengobati kecemasan kami, namun yang nyata terjadi sejak krisis covid ini adalah kami cukup sering video call bersama, ya istilah kerennya sambung empat.

Komunikasi intens melalui video call sambung empat itu memiliki sisi ampuh mengobati rasa cemas. Sederhana saja sebenarnya, karena video call itu sendiri membuat orangtua generasi dulu tercengang dengan kemajuan teknologi.

Semakin tercengang rasanya semakin ampuh menghilangkan kecemasan yang ada. Saya masih ingat pertama kali, saya video call dengan ibuku, ibuku melihat melalui layar Hp terasa begitu dekat. 

Katanya, "oh anakku, kamu begitu dekat, saya ingin memegang tanganmu, tapi sayang sekali, saya tidak bisa merasakannya." Dalam ekspresi bahasa daerah, terasa sungguh-sungguh lucu, campur haru. Ya, tidak bisa melupakan kisah itu, bahkan kisah itu menjadi kisah seru setiap kali kami telponan sambung empat. 

Apa beberapa keuntungan dari video call sambung empat di masa pandemi ini:

1. Video call sambung empat sebagai sarana untuk bersua muka dan berbagi cerita

Kehadiran langsung memang benar-benar tidak mungkin, maka pilihan alternatif yang murah, namun juga menghibur adalah dengan video call sambung empat dengan saudara-saudara di tempat yang berbeda.

Melihat wajah jangan anggap sederhana lho. Wajah itu bukan saja sekedar kehadiran di layar kaca, tetapi gambaran dari hidup. Jika orang masih bisa melihat wajah, itu berarti ada sekian persen kepastian tentang hidup dan komunikasi yang masih sangat mungkin bisa terjalin.

Tentu ada juga kenyataan lain bahwa orang melihat wajah yang sudah kaku dan tidak berdaya. Dalam konteks ini lebih ditekankan terkait saling memandang wajah dan bersua muka sambil bercerita.

Melihat wajah di masa krisis ini adalah suatu hiburan yang meredam kegelisahan dan kecemasan. Ya, melihat wajah dan masih bisa bercakap saja, bagi kami sudah patut disyukuri.

Karena itu, video call sambung empat bagi kami merupakan obat pereda cemas antara kami. Tentu, tidak mudah juga untuk memperoleh obat pereda cemas itu, ya sekurang-kurangnya harus punya HP yang bisa punya aplikasi whatsapp.

2. Video call sambung empat bisa menjadi sarana doa bersama

Cara mengatasi kecemasan bagi orang yang tidak pernah bisa ada bersama dalam satu rumah adalah dengan cara menciptakan ruang dan waktu singkat namun efektif untuk suatu hubungan spiritual.

Kecemasan itu sebenarnya lebih terkait dengan wilayah batin manusia. Ya, orang selalu mengatakan "hatiku cemas"dan bukan pikiranku cemas.

Nah, wilayah dan ruang hati yang cemas itu selalu ada hubungannya dengan dimensi spiritual atau yang rohani. Karena itu, orang tidak boleh melupakan sisi kemudahan dan kecanggihan teknologi komunikasi saat ini hanya untuk bersua wajah dan habiskan waktu dengan tertawa gembira, tetapi juga perlu menyatukan kata dan mengarahkan hati kepada Tuhan.

Ya, memohon bersama perlindungan Tuhan tampak sederhana, namun dayanya luar biasa untuk meredam kecemasan hati manusia. Hati yang cemas bisa saja karena kehampaan harapan dan pegangan hidup.

Ciptakan ruang dan waktu yang singkat untuk membangun komunikasi dengan Pencipta di masa krisis ini bukan lagi sebagai pilihan alternatif, tetapi mungkin pilihan yang perlu diutamakan.

Terkadang orang susah menemukan cara bagaimana sih bisa berdoa bersama itu. Nah, caranya sederhana saja, ambil waktu hening sejenak, seseorang dari anggota keluarga kita bisa saja mengatakan ini, "Tuhan lindungi seluruh anggota keluarga kami di mana saja mereka berada, semoga Engkau menyembuhkan yang sakit, menghibur dan memberikan harapan bagi mereka yang cemas dan takut, memberi sukacita dan damai bagi yang gelisah dan ragu. Berkatilah kami semua. Terima kasih Tuhan."

Tentu, ini cuma cara sederhana yang selalu saya lakukan selama masa pandemi ini. Saya yakin siapa saja bisa dengan cara dan keyakinannya masing-masing menyatakan kerinduannya.

Doa sederhana itu, ternyata ampuh meredam kecemasan hati saya, mesti saya tahu keadaan keluarga yang sakit silih berganti, kesulitan dan persoalan -persoalan sulit tak kunjung selesai.

Sederhananya hati lapang menerima semua yang terjadi karena percaya bahwa semuanya saya sudah sampaikan kepada Dia yang punya kuasa atas hidup ini.

3. Video call sambung empat sebagai sarana berbagi komentar persaudaraan 

Video call grup keluarga itu bukan hal yang baru lagi, mungkin semua kita punya grup whatsapp keluarga. Meskipun demikian, orang perlu tahu cara dan prinsip-prinsip sederhananya.

Nah, saya ingat suatu hari saya pernah membaca tulisan orang terkait whatsapp grup seperti ini, "Jika kamu ada di grup whatsapp jangan lupa beri komentar ya, supaya orang jangan cemas bahwa kamu sudah tidak ada lagi."

Tulisan ini bagi saya sangat menghibur, bahkan lucu juga, namun benar sekali dalam konteks grup whatsapp dan jika ada video call sambung empat dalam keluarga orang perlu beri komentar atau terlibat memberi suatu komentar yang positif untuk memberi isyarat bahwa kamu sehat.

Tentu hal ini berangkat dari pengalaman, jika salah satu anggota keluarga kami yang seminggu tidak pernah sambung komentar, maka saya mulai berpikir ada beberapa kemungkinan entah pulsa datanya tidak cukup lagi atau karena sakit.

Nah, cara untuk menghindari kecemasan karena hilang kontak harus bisa dilakukan meskipun itu sangat sederhana; penting sekali sehari sekali sekurang-kurangnya di masa pandemi ini orang menulis "halo, hai, kabarku baik dan apa kabar kalian semua" dan lain sebagainya.

Tulisan ini bertujuan untuk berbagi dengan harapan siapa saja boleh menemukan caranya sendiri secara kreatif agar kecemasan itu tidak merampas ruang hati yang damai.

Demikian beberapa cara atau tutorial sederhana untuk mengatasi kecemasan banyak orang saat krisis covid19 ini. Saya akhirnya punya keyakinan seperti ini, kecemasan itu akan berlalu saat bisa tertawa dan tersenyum bersama teman-teman dan keluarga. Kecemasan itu akan berakhir saat saya pernah katakan kepada Tuhan tentang kecemasan saya. Kecemasan akan lenyap saat saya tidak sering menyebut kata "saya cemas." Bahkan kecemasan itu akan semakin jauh, saat saya menggantikannya dengan kata damai.

Salam berbagi, ino, 9.07.2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun