Pertanyaannya, mungkinkah hal serupa diterapkan di kota-kota besar di Indonesia yang punya tingkat kepadatan penduduk luar biasa tinggi?
3. Persiapan untuk belajar dari situasi krisis di Eropa
Untuk sementara ini situasi di Eropa menjadi lebih baik, kebebasan sudah mulai dikembalikan. Bahkan di beberapa negara bagian khususnya di Jerman, orang diberikan kebebasan berkumpul dalam jumlah besar dan bahkan dalam ruangan umum orang diizinkan untuk tidak mengenakan masker.
Bukan soal cerita saat ini yang penting, tetapi lebih penting adalah bagaimana sampai seperti itu? Nah, jawaban yang penting adalah orang harus disadarkan bahwa vaksin dan isolasi diri selama krisis itu berguna tidak hanya untuk keselamatan diri sendiri, tetapi juga untuk keselamatan orang lain.
Dua hal yang penting di sini:
Pertama, pemberlakuan lockdown dan ausgangssperre. Dua hal ini pernah diterapkan secara berulang-ulang, sampai pada sebagian besar orang telah divaksin.Â
Tingkatan larangan bertemu orang lain itu dibatasi bahkan pernah diberlakukan aturan dari jam 9 malam sampai jam 5 pagi dilarang untuk melakukan perjalanan. (Ausgangssperre).Â
Aturan Ausgangssperre itu diberlakukan berkali-kali dan diperpanjang terus. Hal itu diberlakukan dengan serius, terlihat juga bahwa pihak keamanan memeriksa bagi orang-orang yang masih melakukan perjalanan.
Hal itu menunjukkan keseriusan dalam menghindari kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sanggupkah kita menahan diri untuk tidak bertemu orang lain dan untuk tidak melakukan perjalanan pada saat krisis covid ini?
Kedua, prioritas untuk vaksin. Prioritas vaksin sudah diterapkan sejak vaksin secara ofisial boleh digunakan. Para petugas kesehatan, para pegawai, dan tentu pejabat publik, tokoh-tokoh agama dianjurkan sesegera mungkin untuk divaksin.
Saya tidak membanggakan keadaan Eropa saat ini, tetapi hanya ingin berbagi pengalaman dan kenyataan yang terjadi agar kita saling belajar menemukan cara yang terbaik untuk kehidupan kita sendiri.