Siapa saja bisa menggunakan batuk "ehm" sebagai bahasa komunikasi, tetapi orang perlu menggunakannya dengan penuh kesadaran, tulus mau menolong atau mengubah keadaan menjadi lebih baik dan bukan untuk menghina, mengontrol orang lain.
Pencopet itu ada di mana-mana dan rupanya mereka punya anggapan sendiri seperti, "jika orang lain itu lengah, maka saya punya keberuntungan."Â
Siapa seh yang tidak sebal dengan pencopet? Tentu semua orang, apalagi mereka yang pernah mengalami kerugian sebagai akibat dari ulah pencopet. Apa cara-cara yang tepat untuk menghindari ulah dari tukang copet mungkin saja masih merupakan misteri.
Meskipun begitu, jangan takut, pencopet itu paling takut dengan batuk "ehm" lho. Mau tahu bagaimana bisa terjadi seperti itu? Nah, ini kisah-kisah kecil yang pernah saya perhatikan dan coba hingga sampai pada kesimpulan bahwa pencopet itu takut banget dengan batuk "ehm."
Kenyataan unik yang pernah saya coba sebenarnya bukan cuma tukang copet yang takut dengan batuk "ehm", melainkan juga binatang peliharaan seperti kucing pun juga takut.
Coba buktikan kalau ada yang memelihara kucing di rumah buktikan teori itu. Di depan kucing ditaruh sepotong daging ikan, kemudian perhatikan matanya. Mata kucing pasti tertuju kepada sepotong daging ikan itu.
Namun, kucing peliharaan belum sempat memakan, bahkan sesekali matanya malah melihat kembali ke mata orang yang memberinya.
Amati, ketika kucing hendak mengambil, cobalah kamu batuk "ehm" sekali atau dua kali, maka kucing akan berhenti mengambil roti, bahkan bisa menjauh dari tempat yang paling dekat dengan sepotong ikan itu. Meskipun demikian, mungkin hanya contoh unik dan tentu ada juga kejadian lainnya.
Nah, bagaimana dengan manusia? Ya, sama juga bahkan dalam banyak hal berlaku juga batuk "ehm" itu punya isyarat efektif mengubah situasi manusia dalam momen tertentu.
1. Di bangku sekolah, kuliah, seminar, dan ruang pertemuan lainnya
Jika Anda seorang guru, dosen atau profesor yang mengajar dengan peserta beberapa orang dan dalam waktu lama. Ada kemungkinan salah satu peserta akan mengantuk dan nyaris tertidur lelap.
Nah pada saat itu coba gunakan batuk "ehm" sekali atau beberapa kali, maka peserta yang mengantuk akan spontan bangun dari tidur lelapnya.
Pengalaman seperti itu saya lihat sejak di Indonesia sampai di Jerman juga, cuma orang belum pernah membahas itu, apa sih sebenarnya batuk "ehm" itu?
Tentu, pengalaman yang sama dalam ruang pertemuan atau ruang seminar. Saya bahkan merasakan bahwa jika pemberi seminar atau dosen batuk "ehm" sebanyak tiga kali "ehm..ehm..ehm", maka akan terasa penyampaian kode itu menjadi sangat keras.
Bagi yang sedang mengantuk, saat itu juga rasa ngantuk itu akan buyar, mata pun akan terbuka lebar.
2. Di pinggir jalan
Jangan anggap sederhana tentang batuk "ehm" karena jika orang salah menggunakan batuk "ehm" itu, maka bisa saja adalah sebuah malapetaka.
Tahun 1998 pernah saya melihat ada seorang kakak dan adik berjalan bersama setelah selesai mengikuti latihan pencak silat Wulung Perkasa.
Persis pada suatu pertigaan, duduklah beberapa pria. Seorang pria memberi isyarat dengan batuk "ehm" bukan cuma sekali, tetapi beberapa kali sambil melirik ke arah kakak perempuan yang sedang berjalan di depan mereka.
Tidak lama kemudian, keduanya berhenti dan bertanya, mengapa pria itu batuk seperti itu. Pria itu tidak menerima dan terjadilah pertengkaran hingga perkelahian di tempat itu.
Kakak dan adiknya ternyata memiliki kemampuan lebih karena baru saja selesai latihan meski mereka perempuan. Tendangan ala Wiro Sableng mendarat di leher pria itu hingga jatuh tersungkur, gara-gara batuk "ehm."
Teman-teman dari pria datang juga untuk menyerang kedua perempuan itu, untungnya kejadian itu persis di depan Polres Ende di jalan Pahlawan. Tiba-tiba saja seorang polisi datang untuk mengamankan kejadian itu.
Makna dari batuk "ehm" bisa berbeda-beda, karena itu orang perlu lebih kritis dan bijak menggunakannya. Dalam konteks di pinggir jalan, orang perlu lebih hati-hati menggunakan batuk "ehm."Â
3. Di tempat belanja umum
Pengalaman beberapa kali di tempat belanja umum, selalu punya risiko yang besar kehilangan dompet, handphone, dan lain sebagainya. Pada intinya momen keramaian sering menjadi target para pencopet.
Suatu hari tahun 2014 di Pasar Malioboro Yogyakarta dan di dalam sebuah toko penjualan baju batik khas Yogyakarta saya menyaksikan bagaimana aksi pencopetan itu.
Kebetulan sekali rombongan kebanyakan adalah ibu-ibu yang hobinya belanja. Rupanya mereka sudah tahu bagaimana situasi di daerah itu bahwa rawan copet.
Ketua rombongan sudah mengingatkan dengan tips sederhana misalnya, tas dompet ditaruh dibagian depan dan jangan di bagian belakang pinggang.
Pada awalnya, toko batik itu terlihat sangat sepi, ketika beberapa orang dari rombongan kami masuk, serentak beberapa pria pun berlagak buru-buru belanjaan, masuk ramai-ramai. Aneh bukan? Tadinya mereka nongkrong di depan toko, lalu ketika ada pembeli datang, mereka juga masuk seakan-akan terburu-buru.
Waktu itu saya berdiri beberapa meter dari rombongan saya yang sudah masuk hanya untuk sekedar mengamati bagaimana aksi beberapa pria itu.
Rupanya mereka itu ada dalam suatu jaringan kerja sama. Seseorang berjalan serempet, lalu orang yang di belakang itu yang berusaha mengambil dari saku jaket atau saku celana. Semua itu dilakukan mereka dengan begitu cepat, lalu dipindahkan ke teman yang lain lagi.
Menariknya bahwa ketika saya melihat seorang melakukan itu, saya hanya mencoba menegur dengan batuk "ehm" tiga kali. Temannya yang lain, bertanya apakah saya termasuk rombongan itu, saya mengatakan kepadanya, "iya, saya anggota rombongan."Â
Saya sambung lagi, "saya sedang memerhatikan anggota rombonganku yang sedang belanja dan saya baru saja melihat seseorang mengambil dompet salah seorang ibu."
Dia langsung dengan sopannya, meminta maaf dan bertanya, "yang mana pak orangnya?" Saya langsung menunjukkan kepadanya. Ia tiba-tiba memanggil orang itu. Orang itupun membawa dompet itu kepada saya katanya, "ini pak, maaf dompet anggota rombongan jatuh di sana, barusan saja."Â
Saya menjawabnya, "oh iya terima kasih pak, saya sudah melihatnya."Ternyata isi dompet itu Rp20.000. Setelah berbicara dengan ibu yang punya dompet itu, uang itu akhirnya diberikan kepada orang yang mengambil dompet.
Batuk "ehm" ternyata bisa mengubah pencopet jadi orang jujur lho. Rupanya pencopet itu takut sekali dengan batuk "ehm." Batuk "ehm" rupanya bisa menjadi isyarat bahwa aksinya itu dilihat orang.Â
Jadi, sederhananya di tempat belanja umum, jangan lupa perlu ada seseorang yang mengawasi dari belakang dan jika ada indikasi tertentu ke arah copet, maka perlu terapkan batuk "ehm."
Saya yakin batuk "ehm" bisa juga menghentikan langkah dan rencana mereka untuk copet. Tentu berbeda dengan pencopet yang sedang mengendarai sepeda motor, batuk "ehm" tidak akan berfungsi.Â
Dari beberapa pengalaman di atas itu, terlihat bahwa batuk "ehm" itu punya makna yang berbeda-beda sesuai konteks masing-masing.Â
Batuk "ehm" itu rupanya terhubung dengan bahasa isyarat atau bahkan bahasa komunikasi umum dengan semua orang. Entah kenal atau tidak kenal secara pribadi, sebagian besar orang spontan mengerti bahwa batuk "ehm" membawa pesan tertentu.
Batuk "ehm" dan otomatisasi dari tubuh
Meskipun demikian, orang perlu waspada dengan batuk "ehm" itu sendiri. Jangan jadikan batuk "ehm" sebagai alat komunikasi setiap momen yang tidak mengharuskan orang berbicara dengan kata-kata. Mengapa?
Enam tahun saya hidup bersama dalam satu rumah dengan penghuni dari 5 negara. Perbedaan-perbedaan khas memang selalu ada, namun ada satu kegiatan bersama yang dilakukan secara rutin sebagai anggota rumah.
Kebiasaan duduk hening selama 5 menit setelah mendengarkan bacaan tertentu dari berbagai buku yang ditulis oleh berbagai penulis menyadarkan saya tentang seseorang yang telah menjadi seorang pribadi otomatisasi.
Otomatisasi yang saya maksudkan dalam konteks ini adalah seseorang yang melakukan sesuatu secara otomatis di luar kesadarannya sendiri. Kemudian kesadarannya diganti dengan kekuatan refleks yang muncul spontan dari tubuh, bahkan bisa saja dari sistem saraf otak.
Kebiasaan itu berjalan otomatis tanpa dipengaruhi oleh hal lainnya atau orang dari luar dirinya. Konkretnya adalah ia punya kebiasaan batuk "ehm."
Entah ia mau mengingatkan orang lain bahwa sekarang sudah lima menit hening dan harus segera berakhir dengan cara yang paling santun, tanpa orang lain lihat jam tangan dan begitu terganggu.
Ia melakukan itu berkali-kali hingga saya menyadari kebiasaan itu sudah otomatis. Terkadang saya berusaha melawannya dengan cara yang santun pula, sekalipun ia batuk, saya diam saja sekadar menambah satu menit waktu hening. Tujuan saya agar menolong dia agar jangan jadi otomatis.
Anehnya, dia tidak melihat jam tangan, tetapi pada menit kelima, pasti deh dia akan batuk "ehm" nah, batuk "ehm" yang telah menjadi suatu kebiasaan otomatis itu sebenarnya sudah tidak baik karena orang lain akan merasa terganggu seakan-akan orang lain itu akan menjadi objek remot kontrolnya melalui batuk "ehm."
Dalam konteks otomatis seperti itulah, arti dari batuk "ehm" berubah menjadi negatif. Pernah saya menjelaskan teori dan eksperimen sederhana saya itu pada seorang teman, mula-mula ia tidak percaya, namun ketika lima menit duduk dalam kesadaran sambil memerhatikan teman itu, ternyata benar lho.
Pada menit kelima, ia tidak melihat jam tangannya sama sekali, tapi kami semua mendengar batuk "ehm" dari seorang teman yang sudah kami duga.Â
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan 4 hal ini:
1. Batuk "ehm" adalah bagian dari bahasa komunikasi yang sering sekali dipakai manusia setiap hari, namun tidak pernah diakui dan diterima secara formal, meskipun sering digunakan pada momen-momen formal juga.
2. Batuk "ehm" bisa bermakna ganda, bergantung pada maksud dan tujuan dari pengguna dan bagaimana orang lain yang mendengar itu menginterpretasikannya.Â
Satu hal yang sama adalah melalui batuk "ehm" seseorang mau menyampaikan suatu pesan yang kepada yang lainnya, entah itu teguran, larangan, dan lain sebagainya..
3. Batuk "ehm" yang dilakukan secara terus-menerus akan mematikan kesadaran manusia hingga bergantung (abhangig) pada kebiasaan yang tidak disadari sampai menjadikan orang lain sebagai objek (otomatisme tanpa kontrol kesadaran pikiran dan hati).
4. Batuk "ehm" berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari manusia dan rutinitas tentang hal yang sama dan pada waktu sama, yang dilakukan secara terus-menerus (standing und regelmaessig).
5. Batuk "ehm" paling ditakuti oleh pencopet. Batuk "ehm" bagi pencopet berarti aksinya sedang dilihat orang, batal deh.
Demikian beberapa cerita, makna, dan kesimpulan terkait batuk "ehm" yang bisa saja menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.Â
Tentu batuk "ehm" bukan saja sebagai cara efektif untuk terhindar dari pencopetan, tetapi juga perlu disadari bahwa orang perlu menjauhkan diri dari otomatisasi yang menjadikan orang lain sebagai objek yang dikontrol dengan batuk "ehm."Â
Siapa saja bisa menggunakan cara batu "ehm" sebagai bahasa komunikasi tetapi jangan lupa perlu sekali dengan penuh kesadaran, tulus mau menolong atau mengubah keadaan menjadi lebih baik dan bukan untuk menghina, mengontrol orang lain secara tidak sopan.
Salam berbagi, ino, 26. 6.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H