Menariknya bahwa ketika saya melihat seorang melakukan itu, saya hanya mencoba menegur dengan batuk "ehm" tiga kali. Temannya yang lain, bertanya apakah saya termasuk rombongan itu, saya mengatakan kepadanya, "iya, saya anggota rombongan."Â
Saya sambung lagi, "saya sedang memerhatikan anggota rombonganku yang sedang belanja dan saya baru saja melihat seseorang mengambil dompet salah seorang ibu."
Dia langsung dengan sopannya, meminta maaf dan bertanya, "yang mana pak orangnya?" Saya langsung menunjukkan kepadanya. Ia tiba-tiba memanggil orang itu. Orang itupun membawa dompet itu kepada saya katanya, "ini pak, maaf dompet anggota rombongan jatuh di sana, barusan saja."Â
Saya menjawabnya, "oh iya terima kasih pak, saya sudah melihatnya."Ternyata isi dompet itu Rp20.000. Setelah berbicara dengan ibu yang punya dompet itu, uang itu akhirnya diberikan kepada orang yang mengambil dompet.
Batuk "ehm" ternyata bisa mengubah pencopet jadi orang jujur lho. Rupanya pencopet itu takut sekali dengan batuk "ehm." Batuk "ehm" rupanya bisa menjadi isyarat bahwa aksinya itu dilihat orang.Â
Jadi, sederhananya di tempat belanja umum, jangan lupa perlu ada seseorang yang mengawasi dari belakang dan jika ada indikasi tertentu ke arah copet, maka perlu terapkan batuk "ehm."
Saya yakin batuk "ehm" bisa juga menghentikan langkah dan rencana mereka untuk copet. Tentu berbeda dengan pencopet yang sedang mengendarai sepeda motor, batuk "ehm" tidak akan berfungsi.Â
Dari beberapa pengalaman di atas itu, terlihat bahwa batuk "ehm" itu punya makna yang berbeda-beda sesuai konteks masing-masing.Â
Batuk "ehm" itu rupanya terhubung dengan bahasa isyarat atau bahkan bahasa komunikasi umum dengan semua orang. Entah kenal atau tidak kenal secara pribadi, sebagian besar orang spontan mengerti bahwa batuk "ehm" membawa pesan tertentu.
Batuk "ehm" dan otomatisasi dari tubuh
Meskipun demikian, orang perlu waspada dengan batuk "ehm" itu sendiri. Jangan jadikan batuk "ehm" sebagai alat komunikasi setiap momen yang tidak mengharuskan orang berbicara dengan kata-kata. Mengapa?