Hal harus diperhitungkan adalah ukuran ruang dan jumlah orang. Kalau ruang tunggu itu sangat besar dan jumlah orang sangat sedikit, saya bisa mengerti kalau seseorang bisa menelpon dengan suara keras dan lain sebagainya.
Namun, sering orang tidak sanggup mengendalikan emosi, sehingga respek dan peduli kepada orang lain juga sama sekali tidak terkontrol lagi. Ruang tunggu bagi orang sakit sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari ruang yang tenang.
2. Orang perlu kreatif menunggu di ruang tunggu
Kreatif menunggu yang saya maksudkan adalah orang bisa melakukan sesuatu yang nyaman tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain di sekitarnya.
Apa yang nyaman pada ruang tunggu yang kecil misalnya, saya kira tidak lain antara orang membaca sesuatu dari majalah yang disediakan di dalam ruangan itu atau membaca sesuatu melalui handphone pribadi.
Aktivitas membaca atau menulis di ruang tunggu merupakan bagian dari kreatifitas yang baik dan nyaman bagi orang lain. Sekurang-kurangnya dari pengalaman pribadi telah membuktikan itu.
Menulis di kompasiana tidak terlepas dari cerita menulis di ruang tunggu. Di ruang tunggu bukan saja orang perlu belajar menunggu dengan sabar, tetapi juga orang belajar menuliskan percikan ide yang muncul di sana.
3. Orang perlu memerhatikan kebersihan ruang tunggu
Sering dijumpai ruang tunggu yang tidak terlalu bersih, tentu untuk konteks ruang tunggu di tempat-tempat umum yang terbuka bagi banyak orang. Sedangkan untuk ruang tunggu di Hausarzt sudah semestinya diperhatikan.
Praktisnya, ketika orang menggunakan gelas air minum, maka gelas itu harus dipisahkan dari gelas lainnya yang masih bersih. Cara seperti ini terlalu sederhana sebenarnya, namun anehnya tidak semua bisa melakukan itu.
Demikian juga jika ada kertas atau tissue dan lainnya sebagainya yang hendak dibuang, maka seharusnya dibuang pada tempat sampah yang telah disiapkan di sana.Â