Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Cara Membangun Personal Branding di Zaman Milenial

11 Juni 2021   15:37 Diperbarui: 12 Juni 2021   10:10 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi personal branding| Sumber: freepik.com via parapuan.co

1. Orang harus membekali dirinya dengan pemahaman yang benar tentang optio fundamentalis atau opsi yang sangat mendasar dan penting terkait hidup

Pemahaman yang benar tentang opsi dasar yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan itu sangat penting agar langkah dan tindakan apa pun yang dilakukan seseorang di masyarakat harusnya mempertimbangkan nilai kemanusiaan.

Pertanyaan yang mendukung agar nilai kemanusiaan itu dijaga adalah apakah tujuan dari suatu aksi tidak menghalalkan cara-cara yang tidak benar?

Hal ini sangat penting, karena sebagian orang yang tidak dibekali dengan wawasan yang cukup tentang prinsip optio fundamentalis itu akan berpikir bahwa hanya terkait urusan agama, orang dituntut untuk jujur dan tulus, tetapi bukan untuk urusan terkait pemerintahan dan birokrasi.

Pernyataan-pernyataan konyol itu seakan mencela bahwa birokrasi pemerintah itu berarti boleh berbohong atau boleh memanipulasi rakyat yang kurang mengerti dan lain sebagainya.

Kenyataan menunjukkan bahwa personal branding kadang dibangun dengan cara-cara yang salah dan tidak etis. Nah, kalau figur publik memakai cara-cara seperti itu, maka tidak heran bahwa kualitas pribadi public figure tidak menunjukkan citra yang baik dalam takaran prinsip-prinsip umum yang lebih luas.

2. Orang harus punya konsep tentang etika media saat diwawancara atau aktif di media sosial

Secara dangkal terkadang orang hanya pikir bahwa viral itu lebih penting daripada perhatikan apa isi dari yang diviralkan. Sebenarnya pertimbangan seperti itu nyata-nyata keliru.

Bukan soal masuk TV, tetapi apa pesan dan isi yang dikatakan, apa fakta dan data di lapangan yang sebenarnya, bukan manipulasi untuk mencapai target personal branding.

Alangkah baik, jika orang hendak membangun personal branding melalui media sosial apa saja, maka orang perlu perhatikan konsep saat diwawancara, apa yang hendak dibicarakan atau hendak dikatakan harus benar-benar disiapkan dan dikaji dengan baik, terkait isi dan tujuannya, kemudian terkait unsur kebenarannya.

Personal branding itu tidak terlepas dari kata-kata dan isi dari pemberitaan yang sesuai di lapangan. Jadi, sangat disayangkan bahwa kadang orang tidak perhatikan hal yang lebih penting itu. Jangan asal viral lho!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun