Lima menit kemudian, saya melihat ia menutup kembali laptopnya, namun dengan raut wajah kesal, sambil sesekali melirik ke ibu dan anak-anaknya yang sedang bermain itu.
Tidak lama kemudian, seorang pria menegur ibu dari dua anak itu, "hallo, kenapa anakmu berteriak begitu ribut. kami butuh ketenangan," katanya. Sang ibu langsung bereaksi, "Hallo, mereka ini anak-anak, apakah anak-anakmu tidak ribut," kata ibu itu dengan nada kesal pula.Â
Pertengkaran pun terjadi, seorang perempuan lagi yang adalah seorang guru Taman Kanak-Kanak atau Kindergarten, mulai protes juga bahwa benar itu terlalu ribut, di sini orang butuh ketenangan untuk kerja.
Ibu itu pun tidak mau mengalah, "Hallo, di kereta itu bukan untuk kerja, kalau kerja ya tinggal di rumahmu. Mereka ini anak-anak."
Diskusi yang terus mengarah ke kata-kata yang kasar dan ke arah kebencian mulai makin memuncak. Kedua anak itu mulai diam dan tenang, meski sang ibu terus saja ngotot dan panjang ceritanya.
Dari peristiwa itu, saya akhirnya dalam perjalanan pulang dari kunjungan mulai menulis dan merefleksikan tentang cara-cara yang penting ketika membawa anak-anak dalam kereta.
Meskipun demikian perlu diketahui lebih dahulu konteks umumnya karakter orang Jerman yang berada di dalam kereta. Umumnya di dalam kereta orang bisa membaca dan menulis.
Apalagi bagi para mahasiswa atau para dosen. Waktu di kereta tetap efektif untuk belajar, membaca buku dan lain sebagainya yang tentunya semua orang membutuhkan ketenangan.
Karena itu, ada tiga cara saat membawa anak-anak di dalam kereta agar tidak mengganggu orang kebanyakan:
1. Pilihan tempat duduk yang tidak banyak orang
Opsi pertama ini penting agar kebutuhan anak-anak yang mau selalu bermain dengan riang dan gembira bisa tetap terwujud tanpa mengganggu yang lainnya.