Cara pertama ini tidak dikatakannya, tetapi itu kesan dan rasa yang bisa saya ucapkan untuk menggambarkan bahwa aura kepribadian yang damai, ramah, berwibawa, dan bijak terlihat sebelum ia mengajarkan suatu ilmu kehidupan dengan penuh ketenangan dan kebijaksanaan.
Bagi saya, pancaran kepribadian yang ramah, tenang dan bijak itulah yang terpenting dalam kaitannya dengan tema "Mencairkan yang beku." Ada banyak ilmuwan dan ahli Kitab Suci dalam hampir semua agama, namun sedikit yang mungkin bisa dihitung ilmuwan yang mengatakan sesuatu yang baik dari apa yang pernah mereka amalkan sendiri.
Kesatuan antara kata-kata mereka dengan tindakan itu tidak bisa dipisahkan, bahkan secara sangat nyata dapat dilihat dan dirasakan dari hati. Saya katakan hal seperti itu adalah kesejatian hidup.Â
Kesejatian itulah yang saya temukan dalam diri Prof. M. Quraish Shihab dalam Tausiahnya pada Minggu, 6 Juni 2021 dalam acara Online Halal Bihalal KJRI di Frankfurt.
Cara "mencairkan yang beku" yang tidak dikatakan oleh Prof. M. Quraish Shihab, namun dinyatakannya itulah yang mungkin paling sulit untuk dicapai oleh ilmuwan-ilmuwan saat ini.
Keteduhan cara pandang dan tutur bijaknya telah mengajarkan anak-anak bangsa Indonesia untuk belajar mencairkan suasana beku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini melalui pesona hati yang utuh dan menyatu antara ilmu dan iman yang dimilikinya.
2. Perlunya membangkitkan kesadaran tentang KITA - Kita hidup dalam suatu desa yang kecil; suatu perahu.
Gagasan tentang bumi menjadi suatu desa yang kecil mungkin sangat penting agar panggilan untuk mencairkan yang beku itu menjadi semakin nyata.
Ya, ini sebenarnya tentang cara kita berhubungan dengan orang lain dengan akrab. Umumnya, jika semakin kecil ruang tempat hidup manusia, maka semakin mudah orang untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Gagasan metaforis Prof. M. Quraish Shihab ini tidak ada hubungannya dengan kepadatan penduduk, tetapi lebih pada hubungan sosial dan hubungan batin antar manusia.
Prof. M. Quraish Shihab dengan bijaksana menjelaskan perumpamaan tentang kehidupan berbangsa ini; kita bagaikan berada dalam satu perahu. Sangat disayangkan bahwa jika penumpang di dalam perahu itu ada yang enggan mengambil air, kemudian diam-diam membocorkan perahu.