Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Adakah Headline yang Tidak Layak?

25 Mei 2021   03:27 Diperbarui: 25 Mei 2021   03:51 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk alokasi waktu dalam menulis. Dokumen pribadi | Ino

Kapan Anda berjumpa dengan ide, maka sebaiknya Anda harus segera menulis, tanpa harus bertanya apakah layak untuk artikel utama.

Membaca dan menulis sudah tidak bisa dibedakan lagi, mana yang harus diutamakan, khususnya untuk orang dewasa yang sudah biasa menulis. Umumnya, orang membaca apa saja kemudian spontan mendengar letupan ide yang kadang-kadang seperti disambar kilat.

Ide yang ditangkap itu kemudian ditulis dan berkembang ketika menulis ide itu. Nah, kesimpulan umum yang singkat itulah yang telah menjadi bagian dari cerita saya dalam tulisan ini.

Tidak ada yang istimewa, selain cerita tentang terbangun dari tidur lalu membuka Handphone untuk membaca artike utama dan artikel baru lainnya. Tiba-tiba tersambar ide melalui suatu pertanyaan: Mengapa saya perlu membaca artikel utama teman-teman?

Ada beberapa pengalaman yang membuat saya menertawakan diri sendiri ketika masuk  ke dalam lingkaran tulis-menulis di Kompasiana ini. 

Pertama, pada minggu awal menulis di Kompasiana, saya tidak tahu membedakan apa artinya artikel pilihan, apalagi artikel utama.

Bagi saya yang penting menulis, lalu diposting. Dimuat saja sudah senang, ya diposting tanpa menerima pesan peringatan dari admin. Maklum anak bawang selalu saja ada hal yang konyol.

Kedua, saya tidak pernah tahu setelah dua hari menulis ada artikel kecil yang ditulis dalam perjalanan jadi artikel utama. Saya baru tahu setelah beberapa minggu kemudian. Ya, ini kenangan tentang "Winterjasmin di Musim Dingin."  

"Ternyata ada label biru yang bertuliskan pilihan, apa sih itu?," tanya seorang teman pada saya. Waduh, saya sama sekali gak ngerti mbak, jawabku singkat. 

Meskipun demikian, pertanyaannya membuat saya ingin tahu apa sih pilihan? Setelah saya amati lagi, ditemukan banyak artikel saya tidak dipilih. Tertawa sendiri karena merasa kenapa saya tidak tahu bahwa ada yang namanya pilihan, lalu tidak dipilih dan  ada pula artikel utama.

Kemudian dalam perjalanan waktu terdengar pula komentar yang mengatakan bahwa artikel itu layak jadi artikel utama. Saya terkejut sekali dengan komentar itu.

Dalam hati, jangan-jangan Headline (HL) atau Artikel Utama (AU) selama ini tidak layak. Setelah membaca kembali artikel HL teman-teman, saya merasa semuanya layak banget, bahkan artikel yang tidak dipilih pun ternyata selalu ada pesan-pesan yang positif dan inspiratif.

Dari pengalaman itu, saya melihat bahwa apapun yang ditulis seseorang, selalu punya pesan. Hal pesan itu tentu beragam. Bagi saya ada 3 pesan istimewa yang mungkin jarang dilihat orang, yakni:

1. Pesan tentang alokasi waktu dari penulis

Semua penulis pasti punya alokasi waktu yang cukup agar dia bisa menulis dan tuntas menulis apa yang dipikirkannya. Harga dari waktu itulah yang bagi saya tentu penting dan serius. Jika orang berani menyediakan waktu untuk menulis, maka pasti itu untuk sesuatu yang berarti.

Bagaimanapun alasannya, ada juga yang mengatakan menulis itu cuma iseng, tetapi orang tetap membutuhkan waktu. Waktu yang dibutuhkan seseorang dalam menulis sebenarnya adalah waktu yang mau ia berikan kepada yang lain. 

Dari alokasi waktu itulah terlihat bahwa orang berjuang mengisi waktunya untuk diberikan kepada orang lain. Saya percaya bahwa semua penulis yang pernah artikel tulisannya menjadi artikel utama itu mengalami bahwa harus punya alokasi waktu yang cukup, bahkan butuh waktu berjam-jam. 

2. Pesan tentang niat baik penulis dalam menyampaikan pesan

Cara orang menulis dan menyampaikan pesan tentu berbeda-beda, bahkan setiap orang punya gaya dan seninya sendiri dalam menulis. Ada yang begitu teliti dan jelas dalam menyampaikan pesan, tetapi ada juga yang dengan gaya bahasa perumpamaan atau tidak secara langsung menyampaikan pesan.

Satu hal yang saya pelajari dari tulisan-tulisan di Kompasiana adalah bahwa ada pesan yang penulis tidak sampaikan saat penulis itu menulis yakni bahwa ia punya niat baik.

Niat baik umumnya terlihat dari isi tulisan seseorang. Inilah keunikan yang bisa diceritakan di sini bahwa minat baca sebagian besar penulis itu begitu tinggi, mungkin lahir dari kesadaran bahwa dalam setiap tulisan itu ada pesan yang disampaikan dari asal niat baik penulis sendiri.

Membaca akhirnya menjadi proses orang belajar menghargai niat baik penulis. 

3. Pesan tentang perjuangan menjadi penulis yang baik

Semua penulis pasti punya keinginan dan cita-cita agar menjadi penulis yang baik atau sekurang-kurangnya, cara ia menulis dan memformulasikan kalimat menjadi semakin baik.

Nah, itulah yang saya pelajari dari semua tulisan. Ada pesan yang tidak dikatakan penulis sendiri bahwa dia sedang berjuang menjadi lebih baik, lebih menarik, lebih ingin dibaca. 

Seorang penulis terus berjuang untuk menggunakan pilihan kata yang tepat dan bermakna, sambil terus memerhatikan aturan penulisan lainnya. Kadang terjadi bahwa saat menulis terasa mengalir begitu saja, seakan-akan seperti ada dalam satu koneksi yang nyaman dan bagus dengan ide yang datang, sampai lupa memerhatikan benar dan salah, padat dan singkat, jelas atau tidak.

Terlihat jelas sekali dalam semua tulisan dengan label artikel utama, penulis itu telah mengerahkan konsentrasi yang tinggi untuk memerhatikan hal-hal kecil dalam menulis. 

Bukan cuma soal pesan, tetapi kata, kalimat, tanda-tanda baca dan lain sebagainya. Bisa saja ada kriteria lainnya yang saya dan penulis lain tidak tahu seperti apa. 

Itulah namanya pilihan editor. Wewenang utuh ada pada pihak editor. Jadi, ukuran layak dan tidaknya artikel menjadi artikel utama tentu menjadi haknya editor. 

Mereka tentu adalah orang-orang bebas yang pasti punya kemampuan khusus dalam menilai dan menentukan semuanya. Mengapa hal ini diangkat? Saya pernah protes dengan komentar liar seseorang yang bukan penulis, katanya, "Headline itu karena bagi-bagi jata, hiburan untuk penulis, biar tetap semangat dalam menulis."

Saya membantah pernyataan itu, "ah sangat tidak mungkin itu." Mengapa? Karena terlihat sangat jelas dari isi tulisan yang memang terpilih jadi artikel Headline. 

Kalau pakai kriteria bagi jatah, ya bagaimana dengan orang yang rajin menulis tapi tidak pernah dapat jata AU? Saya langsung mengajaknya, "Ayo ikut nulis di Kompasiana yuk."

Rupanya mengatakan sesuatu itu jauh lebih gampang, daripada melakukan sesuatu lalu baru mengatakan sesuatu. Meskipun demikian, saya tetap melihat positif semuanya.

Saya hidup tidak dari kata orang. Demikian juga, saya belajar menulis  dari percikan hati dan pikiran sendiri sambil terus membuka diri pada gagasan dan cara pandang penulis lainnya.

4. Pesan tentang peluang belajar yang luas dan terbuka

Beberapa bulan ini terasa sekali bahwa sudah mengenal banyak teman baru, bahkan ada yang lebih dari itu, saya bisa punya bacaan baru yang gratis dan bebas, bahkan berlimpah-limpah.

Setiap menit selalu saja ada tulisan baru yang unik dan menarik. Biasanya dalam perjalanan ke Universitas membutuhkan waktu tiga jam pergi dan pulang. Ya, terasa bosan sebenarnya. Nah, sekarang terasa menarik karena ada kemungkinan untuk membaca tulisan teman-teman.

Tidak hanya itu, fasilitas kereta ekonomi di Jerman dilengkapi dengan internet gratis. Perjalanan tiga jam bisa saja menghasilkan satu tulisan. Apalagi, di dalam kereta biasanya ada saja pemandangan unik. 

Nah, di kereta itu bisa menjadi saat perjumpaan dengan "si bule ide", maksudnya berjumpa dengan ide-ide asing yang baru.  Akhirnya, saya menyadari bahwa menulis itu tidak perlu tempat khusus, di mana saja orang bisa menulis.

Demikian beberapa coretan kecil yang muncul dari percikan komentar-komentar lepas yang mampir bersama dengan wajah sang ide dalam kebisuan dan keheningan hari dan waktu.

Ternyata, dibalik pertanyaan adakah artikel utama yang tidak layak, ada perjumpaan baru dengan 4 pesan yang tidak disampaikan secara langsung saat orang menulis.

Salam berbagi, ino, 25.05.2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun