Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

3 Alasan Mengapa Salam Tempel Itu Tetap Lengket di Hati

10 Mei 2021   03:38 Diperbarui: 10 Mei 2021   12:15 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifestyle.kompas.com

Anak kecil cuma butuh kado kecil, bukan teori-teori besar.

Hidup manusia punya masa-masanya. Satu hal yang pasti bahwa setiap orang punya masa lalu dan masa kecil. Kualitas masa lalu dan masa kecil yang dimiliki seseorang tentu berbeda-beda.

Kualitas masa lalu dan masa kecil akan menentukan seberapa berartinya tentang hubungan seseorang dengan orang lain dan pengalaman-pengalaman yang berkesan.

Kenangan apapun yang dimiliki seseorang pasti juga berkaitan dengan orang lain dan kesan awal entah itu adalah momen ketika memperoleh sesuatu atau bahkan bisa juga karena menemukan sesuatu.

Nah, salah satu masa dan masa kecil yang lengket sampai saat ini adalah kenangan ketika memperoleh salam tempel dari "mama Nggae." Mama Nggae adalah sebutan khas dan terhormat di Flores untuk istri dari kakaknya bapak kandung.

Mama Nggae saya adalah seorang muslim yang hidup di kota Ende. Kasih sayangnya hingga sekarang masih terasa. Ya, masih lengket cerita-cerita tentang salam tempel masa kecil dulu.

Kenangan salam tempel itu sebenarnya tidak seberapa, namun mengapa salam tempel itu tetap lengket hingga sekarang. Ini ada 3 alasan, mengapa salam tempel itu tetap lengket:

1. Salam tempel ketika itu adalah kado pertama di masa kecil

Kado pertama bagi saya adalah kado yang sangat berarti. Sebagai anak kampung yang tidak pernah mendengar kata kado pada tahun 1980-an, terasa sekali peristiwa itu sungguh membekas.

Ia menarik dan memelukku, yang kebetulan waktu itu saya lagi sakit karena tulang rawan pada bagian dada sedikit terganggu. Mama Nggae saya kebetulan pintar untuk menata kembali jenis sakit seperti itu. Entahlah namanya, di Flores menyebutnya bisa mengurut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun